Sukses


Contoh Puisi Bertema Keserakahan

Bola.com, Jakarta - Puisi bertema keserakahan merupakan karya sastra yang menyampaikan nilai-nilai dan pengalaman manusia tentang keinginan serta ambisi berlebih yang terkait harta, kekayaan, atau kekuasaan.

Tema keserakahan kerap menjadi sorotan dalam puisi karena menggambarkan sifat manusia yang kadang tidak terkontrol dalam mencapai tujuan-tujuan materialistiknya.

Puisi bertema keserakahan menggambarkan kegelisahan dan kekosongan hati yang dirasakan oleh individu yang terobsesi dengan kekayaan materi.

Puisi ini menyampaikan rasa tak puas yang terus-menerus ada dalam diri seseorang yang serba kurang, meski telah memiliki banyak harta. 

Puisi ini menggambarkan bagaimana keserakahan dapat merusak hubungan antarmanusia, memicu persaingan yang tidak sehat, dan mengakibatkan ketakpercayaan antarasesama.

Penggambaran ini menekankan betapa keserakahan dapat menggerogoti kebahagiaan dan kepuasan.

Puisi bertema keserakahan sering kali menggunakan metafora untuk menunjukkan bagaimana keserakahan memengaruhi stabilitas sosial dan moral masyarakat.

Agar makin jelas, kamu bisa menyimak beberapa contoh puisi bertema keserakahan di bawah ini, Rabu (5/6/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Api Keserakahan

Di lubuk hati yang kelam,

Bersemi api yang membakar,

Keserakahan, nafsu yang tak terkendali,

Menjerat jiwa dalam belenggu nestapa.

 

Bagai lintah yang tak pernah puas,

Menghisap darah dan keringat manusia,

Memperkaya diri dengan cara yang hina,

Menginjak-injak mereka yang lemah.

 

Harta dan tahta menjadi tujuan utama,

Kasih sayang dan moral terkubur dalam lumpur,

Persahabatan pun dikorbankan demi ambisi,

Keserakahan menelan semua yang dilaluinya.

 

Oh, manusia, sadarkah dirimu?

Keserakahan hanya membawa kehancuran,

Membuat hati hampa dan jiwa merana,

Menjerumuskan diri dalam jurang kegelapan.

 

Berhentilah mengejar harta yang tak terhingga,

Carilah kebahagiaan dalam kesederhanaan,

Pedulilah pada sesama yang membutuhkan,

Bukalah hati untuk cinta dan kasih sayang.

 

Lepaskan diri dari belenggu keserakahan,

Sebelum terlambat dan semuanya sirna,

Kembalilah ke jalan yang benar,

Menuju kehidupan yang damai dan bahagia.

3 dari 5 halaman

Rantai Emas

Berkilauan permata, menggoda pandangan,

Emas berlimpah, menjanjikan kekuasaan,

Keserakahan merayap, membakar kesadaran,

Hasrat tak bertepi, menggerogoti kemanusiaan.

 

Rantai emas terbelit di tangan dan hati,

Membelenggu langkah menuju kehangatan,

Sahabat dan keluarga terasingkan jauh,

Demi kilau harta, rela hidup sepi kelam.

 

Hutan ditebas, bumi digali rakus,

Demi kekayaan, alam pun dikorbankan,

Sungai tercemar, udara penuh racun,

Keserakahan menghancurkan masa depan.

 

Dunia fana dikejar tiada henti,

Akhirat dilupakan, terlupakan janji,

Saat ajal menjemput, harta takkan berguna,

Hanya amal dan keikhlasan yang berarti selamanya.

 

Lepaskanlah rantai emas yang membelenggu,

Carilah kebahagiaan sejati yang tak lekang,

Hidup sederhana, berbagi dengan sesama,

Menanam kebaikan, menuai ketenangan.

4 dari 5 halaman

Sumur Tanpa Dasar

Mata lapar menyorot harta bergunung,

Tangan tak jemu meraup yang tak terbilang,

Mulut tak henti berbisik kata "lebih",

Keserakahan menjerat, jiwa hampa meringis.

 

Seperti sumur tanpa dasar dalamnya,

Makin digali, makin haus tak terpuaskan,

Senyum tetangga tak lagi dilihat,

Derita orang lain bagai angin lalu lintas.

 

Harga diri tergadai demi gengsi semu,

Kejujuran dikorbankan untuk menang,

Demi harta, cinta pun rela disingkirkan,

Keserakahan membakar, meninggalkan arang.

 

Hati yang kosong takkan pernah penuh,

Meski dunia kau genggam dengan erat,

Kebahagiaan sejati takkan didapat,

Jika nurani dan kasih terkubur dalam karat.

 

Sadarilah, hidup tak hanya tentang harta,

Ada cinta, persahabatan, dan kehangatan,

Hidup sederhana, berbagi dengan sesama,

Itulah harta sejati, kekayaan hakiki yang tak lekang.

5 dari 5 halaman

Laut yang Tak Pernah Kenyang

Laut membentang luas, tak bertepi birunya,

Namun tak pernah terpuaskan oleh hujan derasnya.

Begitulah hati yang dipenuhi keserakahan,

Makin banyak didapatkan, makin haus tiada henti.

 

Harta ditumpuk bak gunung permata,

Namun senyum dan tawa terasing dari pemiliknya.

Tetangga kelaparan, terabaikan derita,

Empati hilang ditelan bayang kekayaan semata.

 

Tanah digali, hutan ditebangi tanpa henti,

Demi harta benda, bumi pun dikorbankan.

Sungai tercemar, udara penuh racun,

Generasi mendatang menanggung akibatnya nanti.

 

Berlomba-lomba meraih kekuasaan,

Menginjak sesama demi singgasana tertinggi.

Persaudaraan tercabik, cinta terlupakan,

Keserakahan menjelma monster pemutus tali kasih.

 

Oh, manusia, hentikanlah nafsu yang tak bertepi,

Lihatlah sekeliling, rasakan keindahan dunia.

Berbagi kebahagiaan adalah harta sejati,

Cinta dan kasih sayang lebih bernilai dari permata.

 

Sadarilah, hidup tak kekal, dunia hanya persinggahan,

Apa yang dibawa saat ajal menjemput nanti?

Jadilah insan yang bersyukur dan berdermawan,

Damai dan tenang akan menjadi teman sejati.

 

Yuk, baca artikel contoh puisi lainnya dengan mengikuti tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer