Bola.com, Jakarta - Puisi bertema kritik sosial adalah jenis puisi yang digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan kritik terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Puisi ini mengeksplorasi isu-isu seperti ketimpangan sosial, ketidakadilan, korupsi, ketidakpuasan dalam pemerintahan, dan lain sebagainya.
Baca Juga
Advertisement
Dalam puisi bertema kritik sosial, penyair menggunakan bahasa yang kreatif dan suggestif untuk menyampaikan pesan-pesan kritisnya. Melalui imaji dan metafora yang digunakan, puisi ini mampu merangkul pembaca dan membuat mereka terlibat secara emosional dalam cerita atau narasi yang disajikan.
Puisi bertema kritik sosial memiliki tujuan untuk membangkitkan kesadaran di kalangan masyarakat tentang permasalahan-permasalahan sosial yang sedang terjadi.
Lebih dari sekadar menghibur, puisi ini berusaha menggerakkan pikiran pembaca dan membangkitkan perasaan keprihatinan atau kegeraman terhadap ketidakadilan yang dialami oleh sebagian anggota masyarakat.
Puisi bertema kritik sosial juga berperan sebagai alat perubahan sosial. Dengan mengungkapkan kritik melalui puisi, penyair berharap dapat menginspirasi orang-orang untuk mengambil tindakan nyata terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, baik melalui gerakan sosial, aktivisme, atau bahkan perubahan kebijakan.
Agar makin paham, yuk simak contoh-contoh puisi bertema kritik sosial berikut ini, yang menarik untuk dibaca, Jumat (14/6/2024).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Wajah Kota
Di tengah gemerlap cahaya,
Kota ini tersenyum dengan megah,
Namun di sudut-sudut gelap,
Wajahnya berkerut, bersembunyi dalam debu.
Gedung tinggi menjulang,
Menutupi langit biru yang pernah kita kagumi,
Sementara di bawah sana,
Mereka yang tak terlihat, bergelut dengan nasib.
Pesta pora di panggung gemilang,
Mengabaikan jerit pilu yang terpendam,
Suara mereka tenggelam,
Dalam riuh rendah kebisingan dunia.
Lalu di mana keadilan,
Jika yang kuat terus menekan,
Dan yang lemah hanya bisa berharap,
Pada keajaiban yang tak kunjung datang?
Advertisement
Janji Manis
Di setiap musim kampanye,
Janji-janji berhamburan seperti hujan,
Manis di telinga, namun pahit di hati,
Saat kenyataan berbicara tanpa basa-basi.
Mereka yang berkuasa,
Menyulam kata dengan indah,
Namun di balik layar,
Rakyat menangis dalam sunyi.
Di bawah sinar kamera,
Segala nampak sempurna,
Namun di lorong-lorong sunyi,
Kejujuran terbungkus rapat oleh dusta.
Kapan kita akan sadar,
Bahwa janji hanya sekedar janji,
Jika tidak diiringi tindakan nyata,
Yang berpihak pada mereka yang terluka?
Kesenjangan
Di satu sisi dunia ini,
Mereka hidup dalam kemewahan,
Sedangkan di sisi lainnya,
Kehidupan bertahan dengan kepedihan.
Mereka yang berlimpah harta,
Menikmati setiap detik dengan pesta,
Sedangkan di gang-gang sempit,
Rakyat mengais harapan di antara sisa-sisa.
Pendidikan hanya untuk yang mampu,
Sementara yang miskin terpinggirkan,
Kesehatan adalah kemewahan,
Bukan hak setiap insan.
Kapan kita akan mengerti,
Bahwa setiap jiwa berhak atas kehidupan layak,
Tanpa harus terbelah oleh jurang,
Yang diciptakan oleh keserakahan.
Advertisement
Suara Rakyat
Di balik gedung parlemen megah,
Suara rakyat menggaung nyaris tak terdengar,
Tertelan oleh debat tak berujung,
Yang sering kali tak memihak pada mereka.
Petani di ladang,
Buruh di pabrik,
Pedagang kecil di pasar,
Semua menanti janji yang tak kunjung nyata.
Mereka bekerja keras,
Namun hasilnya direnggut tanpa ampun,
Keringat mereka menjadi saksi,
Bahwa keadilan adalah kata tanpa makna.
Mari kita bangkit bersama,
Menyuarakan apa yang seharusnya menjadi hak,
Agar suara rakyat yang tersembunyi,
Menjadi teriakan yang tak bisa diabaikan.
Yuk, baca artikel contoh puisi lainnya dengan mengikuti tautan ini.