Sukses


Contoh Cerita Rakyat Jawa Tengah: Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Bola.com, Jakarta - Cerita rakyat Jaka Tarub adalah satu di antara cerita rakyat Jawa Tengah yang terkenal. Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Jaka Tarub yang tinggal di sebuah desa di pegunungan Jawa.

Jaka Tarub adalah seorang yang baik hati dan juga pekerja keras. Namun, Jaka Tarub merasa kesepian karena tidak memiliki seorang pasangan hidup.

Cerita rakyat Jaka Tarub memberikan gambaran tentang kisah cinta, kesetiaan, dan pengorbanan. Cerita ini juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga janji dan membahagiakan pasangan hidup.

Meski cerita ini hanya merupakan legenda, nilai yang terkandung di dalamnya masih relevan hingga saat ini.

Berikut contoh cerita rakyat Jawa Tengah: Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari, yang dikutip dari berbagai sumber, Selasa (18/6/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Contoh Cerita Rakyat Jawa Tengah: Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Pada zaman dahulu, seorang pemuda yang bernama Jaka Tarub tinggal bersama ibunya yang bernama Mbok Milah. Sedangkan ayah Jaka Tarub, sudah lama meninggal. Jaka Tarub dan Mbok Milah memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan bertani di sawah.

Lalu, di suatu malam, Jaka Tarub bermimpi bertemu dan menikah dengan seorang perempuan yang sangat cantik, bahkan seperti seorang bidadari. Saat Jaka Tarub terbangun, ia tersenyum karena ia merasa senang dengan mimpinya semalam. Hingga di siang hari, Jaka Tarub masih memikirkan mimpi indahnya itu. Jaka Tarub duduk di halaman rumahnya sambil termenung bahagia.

Mbok Milah pun merasa bingung dengan apa yang sedang dipikirkan anaknya. "Apa yang sedang ada di pikiranmu, Nak?" tanya Mbok Milah penasaran. Namun, Jaka Tarub masih termenung dan seperti tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya.

Mbok Milah pun berpikir mungkin Jaka Tarub sedang memikirkan seorang perempuan dan ingin menikah. Akhirnya, Mbok Milah berniat untuk mencarikan Jaka Tarub seorang istri dari desanya.

Di hari itu juga, saat Mbok Milah sedang berada di sawahnya, Pak Ranu, pemilik sawah sebelah, menghampirinya. Pak Ranu bertanya apakah Jaka Tarub sudah menikah atau setidaknya sudah memiliki rencana untuk menikah. Mbok Milah berkata tidak ada, ia pun juga merasa sedikit bingung mengapa Pak Ranu menanyakan hal itu kepadanya. Ternyata, Pak Ranu berniat untuk menjodohkan Jaka Tarub dengan anak perempuannya, Laraswati.

Mbok Milah terkejut dan senang di saat yang bersamaan karena anak Pak Ranu adalah gadis yang baik hari dan lemah lembut. Namun, sebelum ia menerima tawaran Pak Ranu, Mbok Milah merasa ia harus bertanya dan memastikannya dulu pada anaknya. Pak Ranu pun memahami pertimbangan Mbok Milah.

Sesampainya di rumah, Mbok Milah berniat untuk langsung menanyakan hal tadi pada anaknya. Namun, ia mengurungkan niatnya karena ia takut anaknya tersinggung atau ternyata Jaka Tarub sudah memiliki calon, hanya belum memperkenalkannya. Akhirnya, Mbok Milah menunda melontarkan pertanyaan itu hingga berhari-hari kemudian, hingga ia pun lupa.

3 dari 5 halaman

Contoh Cerita Rakyat Jawa Tengah: Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Jaka Tarub adalah seorang pemuda yang senang dan handal berburu seperti ayahnya dahulu. Lalu, pada suatu pagi ia memutuskan untuk pergi berburu, bukan ke sawah.

Jaka Tarub mempersiapkan segala macam peralatan berburu yang ia butuhkan; busur, panah, pisau, dan pedang. Setelah ia siap, ia pamit izin pergi pada ibunya. Setelah Jaka Tarub pergi, Mbok Milah masuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat karena ia tiba-tiba merasa lelah.

Di hutan, Jaka Tarub berhasil memanah seekor menjangan. Hatinya merasa senang dan puas karena berkat menjangan ini, ia bisa memasak bersama ibunya selama beberapa hari ke depan.

Saat ia sedang jalan pulang, tiba-tiba ada seekor macan tutul yang menghampirinya. Jaka Tarub panik dan ia melepaskan menjangan yang ada di panggulnya agar ia bisa melarikan diri dengan cepat. Macan tutul itu pun langsung memakan menjangan hasil buruan Jaka Tarub.

Tentunya Jaka Tarub kesal dan merasa harinya sangat sial karena sekarang ia akan pulan dengan tangan kosong. “Pertanda apa ini, ya," gumam Jaka Tarub sambil terduduk lemas.

Jaka Tarub berjalan kembali pulang ke rumah dengan rasa lapar karena ia tidak menemukan hewan buruan apa pun juga di sepajang perjalanan. Ia juga tidak membawa bekal apa pun karena ia tidak mengira ia akan menghabiskan waktu yang cukup lama di hutan hari ini.

Saat Jaka Tarub sudah memasuki daerah desanya, ia melihat banyak warga yang berjalan tergesa-gesa menuju arah yang sama dengannya. Makin ia mendekati rumahnya, makin banyak warga yang berkumpul. Hati Jaka Tarub makin bingung, ia tidak tahu apa yang terjadi. Saat ia memasuki rumahnya, Pak Ranu dan banyak orang yang menepuk pundaknya untuk mengatakan ia harus bersabar dan menerima nasibnya.

Ternyata, ibu Jaka Tarub telah meninggal dunia. Mbok Milah sudah berbaring kaku di ruang tengah rumah mereka tidak tersadarkan diri. Jaka Tarub lemas dan tangisannya mengisi ruangan. Jaka Tarub hanya bisa termenung melihat tubuh ibunya. Pak Ranu bercerita bahwa yang menemukan ibunya meninggal pertama adalah istrinya. Namun, Jaka Tarub sangat sedih hingga ia tidak menghiraukan ucapan Pak Ranu.

Setelah ibunya dikebumikan dan semua orang sudah pulang, ia merasa sangat kesepian karena kini ia hanya tinggal sendirian. Jaka Tarub juga merasa bersalah karena ia belum memenuhi keinginan ibunya, yaitu melihat anaknya menikah dan menggendong cucu.

4 dari 5 halaman

Contoh Cerita Rakyat Jawa Tengah: Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Di hari-hari selanjutnya, Jaka Tarub menghabiskan waktunya dengan berburu dan membagikan hasil buruannya pada warga. Hanya dengan berburu Jaka Tarub bisa melupakan kesedihannya sejenak.

Hingga pada suatu pagi, saat ia sedang berburu di Hutan Wanawasa, ia merasa bosan karena ia tidak mendapatkan hewan apa pun. Lantaran merasa haus dan lelah, ia pergi ke arah telaga yang disebut dengan Telaga Toyawening. Saat ia hampir sampai, ia mendengar suara beberapa wanita yang sedang berbicang sambil tertawa kecil, tetapi ia berpikir mungkin ini semua hanya khayalannya saja. Lagipula, tidak ada perempuan yang bermain di hutan, kan?

Namun, suaranya makin jelas dan makin kencang saat Jaka Tarub mendekati telaga. Ternyata, ada tujuh orang gadis cantik yang sedang mandi di telaga itu. Jaka Tarub tekejut bukan main dan jantungnya berdegum sangat kencang.

Jaka Tarub memperhatikan satu per satu gadis di telaga itu. Semuanya berparas sangat cantik. Dari percakapan mereka, Jaka Tarub tahu kalau tujuh orang gadis itu adalah bidadari yang turun dari kayangan. "Apakah ini arti mimpiku waktu itu?" pikirnya dengan hati yang sangat senang.

Jaka Tarub melihat tumpukan pakaian bidadari di atas sebuah batu besar. Semua pakaian itu memiliki warna yang berbeda-beda. Jaka Tarub berpikir jika ia mengambil satu di antara pakaian ini, ia tidak akan bisa kembali ke kayangan. Akhirnya, ia diam-diam mengambil satu di antara pakaian yang berwarna merah.

Saat mendekati terbenamnya matahari, para bidadari ini ingin kembali ke kayangan. Namun, satu di antara bidadari tidak bisa menemukan pakaiannya. Keenam bidadari yang lain mencoba membantu mencari pakaiannya, tetapi tidak juga berhasil.

Dari kejadian ini, Jaka Tarub mendengar bahwa bidadari yang bajunya ia ambil bernama Nawangwulan. Nawangwulan menangis panik karena tanpa pakaian dan selendangnya, ia tidak akan bisa kembali ke kayangan. Dengan terpaksa, para bidadari yang lain harus pergi meninggalkan Nawangwulan karena hari akan makin gelap.

Nawangwulan kelihatan putus asa. Tiba-tiba tanpa sadar, ia berucap, "Barang siapa yang bisa memberiku pakaian akan, aku jadikan saudara bila ia perempuan, tapi bila ia laki-laki, akan aku jadikan suamiku." Jaka Tarub pun buru-buru pulang untuk menyembunyikan pakaian Nawangwulan dan membawa baju mendiang ibunya untuk dipinjamkan pada Nawangwulan.

Setelah sampai kembali ke telaga, Jaka Tarub menghampiri Nawangwulan dan memberikannya pakaian. Setelah Nawangwulan berpakaian, ia memenuhi janji yang sudah ia ucap, ia akan menikahi Jaka Tarub. Pernikahan mereka pun berlangsung lama dan mereka dikaruniai seorang anak yang mereka namakan Nawangsih.

5 dari 5 halaman

Contoh Cerita Rakyat Jawa Tengah: Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Sejak menikah, Jaka Tarub akhirnya bisa menemukan kebahagiaannya kembali, tetapi ada satu hal yang masih mengganjal di pikirannya. Ia merasa heran mengapa padi di lumbung mereka tidak berkurang walau dimasak setiap hari. Bahkan, panen yang diperoleh secara teratur membuat lumbung mereka hampir tidak muat lagi.

Lalu, di suatu pagi saat Nawangwulan ingin pergi mencuci ke sungai, ia menitipkan anaknya pada Jaka Tarub. Ia juga mengingatkan suaminya agar tidak membuka tutup kukusan nasi yang sedang ia masak. Lantaran terasa sudah lama, Jaka Tarub ingin melihat apakah nasi itu sudah matang—ia pun membukanya dan lupa dengan pesan Nawangwulan. Betapa terkejutnya Jaka Tarub demi melihat isi kukusan itu. Nawangwulan hanya memasak setangkai padi. Ia langsung teringat akan persediaan padi mereka yang makin lama makin banyak. Terjawab sudah pertanyaannya selama ini.

Saat Nawangwulan sampai ke rumah, ia melihat suaminya dengan amarah karena suaminya telah melupakan titipannya. "Hilang sudah kesaktianku untuk mengubah setangkai padi menjadi sebakul nasi," ucap Nawangwulan. Mulai saat itu Nawangwulan harus menumbuk nasi untuk dimasak dan suaminya harus menyediakan lesung untuknya.

Sejak hari itu, persediaan padi mereka makin lama makin menipis. Bahkan sekarang padi itu sudah tinggal tersisa di dasar lumbung.

Seperti biasa, di pagi selanjutnya, Nawangwulan ke lumbung yang terletak di halaman belakang untuk mengambil padi. Ketika sedang menarik batang batang padi yang tersisa sedikit itu, Nawangwulan merasa tangannya memegang sesuatu yang lembut. Lantaran penasaran, Nawangwulan terus menarik benda itu. Wajah Nawangwulan seketika pucat karena terkejut melihat benda yang baru saja berhasil diraihnya adalah baju bidadari dan selendangnya yang berwarna merah.

Nawangwulan kecewa dan marah pada Jaka Tarub karena ia merasa sudah ditipu selama ini. Saat ia bertemu Jaka Tarub, ia memutuskan untuk kembali ke kayangan dan meninggalkan suami dan anaknya. Namun, Nawangwulan tidak akan melupakan anaknya. Jika Nawangsih ingin bertemu ibunya, Jaka Tarub harus membakar batang padi dan diletakkan di dekat Nawangsih. Tentunya, dengan syarat Jaka Tarub tidak boleh ada di dekatnya.

Jaka Tarub hanya bisa meratapi ini semua. Ia tahu bahwa ini semua adalah salahnya dan ia harus menanggung segala akibatnya.

Pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini adalah sepintar apa pun kita menyembunyikan sesuatu, pada akhirnya akan terbongkar juga. Karena itu, kita tidak boleh membohongi orang lain untuk mendapatkan apa yang kita mau. Hal itu bisa berujung pada hal yang tidak baik dan merugikan diri kita sendiri serta orang lain!

 

Yuk, baca artikel cerita rakyat lainnya dengan mengikuti tautan ini.

Video Populer

Foto Populer