Sukses


Contoh Cerita Rakyat Jawa Timur: Gunung Bromo dan Suku Tengger

Bola.com, Jakarta - Cerita rakyat merupakan cerita yang umumnya berkaitan dengan legenda. Satu di antara cerita rakyat tersebut adalah Gunung Bromo dan suku Tengger.

Gunung Bromo adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.392 meter di atas permukaan laut dan terletak di dalam taman nasional dengan nama yang sama, yaitu Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Nama Tengger tersebut berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger, yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger.

"Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger".

Maka itu, Bromo masih mereka percaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. Orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo.

Agar lebih paham lagi, berikut contoh cerita rakyat Gunung Bromo dan Suku Tengger, dinukil dari laman Wisatabromo, Rabu (19/6/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Contoh Cerita Rakyat Jawa Timur: Gunung Bromo dan Suku Tengger

Di sebuah pertapaan, istri seorang Brahmana/Pandhita baru saja melahirkan seorang putra dengan fisiknya sangat bugar dengan tangisan yang sangat keras ketika lahir. Karenanya, bayi tersebut mereka beri nama "Joko Seger".

Pada sekitar Gunung Pananjakan, kala itu ada juga seorang anak perempuan yang lahir dari titisan dewa. Wajahnya cantik juga elok. Dia satu-satunya anak yang paling cantik di tempat itu. Ketika telah lahir, anak itu tidak layaknya bayi lahir. Ia diam, tidak menangis sewaktu pertama kali menghirup udara. Bayi itu begitu tenang, lahir tanpa menangis dari rahim ibunya. Oleh orang tuanya, bayi itu mereka beri nama Rara Anteng.

Dari hari ke hari Rara Anteng tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Garis-garis kecantikan tampak jelas. Termasyurlah Rara Anteng sampai ke berbagai pelosok negri. Banyak putera raja datang dan melamarnya. Namun, pinangan ditolak karena Rara Anteng sudah terpikat hatinya kepada Joko Seger.

3 dari 4 halaman

Contoh Cerita Rakyat Jawa Timur: Gunung Bromo dan Suku Tengger

Suatu hari, Rara Anteng akan dipinang oleh seorang bajak yang terkenal sakti dan kuat. Bajak tersebut terkenal sangat jahat. Rara Anteng yang terkenal halus perasaannya tidak berani menolak begitu saja kepada pelamar yang sakti tersebut. Lalu ia berpikir untuk menggagalkan lamaran itu.

Kemudian ia memiliki satu permintaan kepada sang pelamar supaya dibuatkan lautan di tengah-tengah gunung. Dengan permintaan yang aneh, dia anggap bahwa pelamar sakti itu tidak akan memenuhi permintaannya karena lautan yang ia minta itu harus dibuat dalam waktu satu malam. Memulainya saat matahari terbenam hingga selesai ketika matahari terbit. Namun, bajak sakti tersebut menyanggupi permintaan Rara Anteng tersebut.

Kala matahari mulai terbenam, pelamar sakti tadi memulai mengerjakan lautan tersebut. Anehnya, hanya dengan menggunakan alat sebuah tempurung (batok kelapa) pekerjaan itu hampir selesai ia kerjakan. Melihat kenyataan demikian, hati Rara Anteng mulai gelisah. Ia berpikir bagaimana cara menggagalkan lautan yang sedang dia buat tersebut.

Rara Anteng merenungi nasibnya, ia tidak bisa hidup bersuamikan orang yang tidak ia cintai. Kemudian ia berusaha menenangkan batinnya. Tiba-tiba timbul niat untuk menggagalkan pekerjaan bajak itu.

Singkat cerita, Rara Anteng mulai menumbuk padi di tengah malam. Pelan-pelan suara tumbukan dan gesekan, lalu membangunkan ayam-ayam yang sedang tidur. Kokok ayam pun mulai bersahutan, seolah-olah fajar telah tiba. Akan tetapi, penduduk belum mulai dengan kegiatan pagi.

Bajak sakti itu mendengar ayam-ayam berkokok. Namun, benang putih sebelah timur belum juga tampak. Berarti fajar datang sebelum waktunya. Sesudah itu dia merenungi nasib sialnya. Rasa kesal dan marah pun dicampur emosi. Pada akhirnya, tempurung yang ia pakai sebagai alat mengeruk pasir itu, dia lempar dan jatuh tertelungkup di samping gunung Bromo. Kemudian berubah menjadi sebuah gunung yang sampai sekarang bernama Gunung Batok.

Dengan kegagalan bajak itu membuat lautan di tengah-tengah Gunung Bromo, sukacitalah hati Rara Anteng. Ia melanjutkan hubungan dengan kekasihnya, Joko Seger. Kemudian hari, Rara Anteng dan Joko Seger menikah sehingga menjadi pasangan suami istri yang bahagia karena keduanya saling mengasihi dan mencintai.

4 dari 4 halaman

Contoh Cerita Rakyat Jawa Timur: Gunung Bromo dan Suku Tengger

Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya "Penguasa Tengger Yang Budiman". Mereka membuat nama desa sesuai nama keduanya. Kata "Tengger" berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.

Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai. Namun, sang penguasa tidaklah merasa bahagia karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumah tangga belum juga memiliki keturunan. Kemudian, Joko Seger memutuskan naik ke puncak Gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Mahakuasa agar dikaruniai keturunan.

Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedinya akan terkabul. Namun, dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus mereka korbankan ke kawah Bromo. Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya. Kemudian mereka dapatkan 25 orang putra-putri. Akan tetapi, naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya.

Pendek kata, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji. Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka. Kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita sehingga kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

Kusuma, anak bungsunya, lenyap dari pandangan karena terjilat api dan masuk ke kawah Bromo. Bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib:

"Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Syah Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Syah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi kemudian persembahkanlah kepada Hyang Widi asa di kawah Bromo."

Sampai saat ini kebiasaan tersebut mereka ikuti secara turun-temurun oleh masyarakat suku Tengger. Setiap tahun mereka juga mengadakan upacara inti, yaitu upacara Kasada/Kasodo di Pura Poten lautan pasir dan kawah Bromo.

 

Sumber: Wisatabromo

Yuk, baca artikel cerita rakyat lainnya dengan mengikuti tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer