Bola.com, Jakarta - Hoarding disorder atau gangguan menimbun adalah kondisi kompleks yang melibatkan kesulitan parah dalam membuang barang-barang, bahkan ketika barang-barang tersebut tampak tidak memiliki nilai nyata.
Kondisi ini dapat mengakibatkan penumpukan barang-barang yang menghambat ruang hidup dan mengganggu fungsi sehari-hari.
Baca Juga
Advertisement
Faktor genetik dan biologis memainkan peran penting dalam munculnya hoarding disorder. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan ini dapat diwariskan dalam keluarga dan ada perbedaan fungsi otak pada individu yang mengalaminya.
Selain itu, pengalaman traumatis dan stres berat sering kali memicu atau memperburuk kondisi ini. Trauma emosional yang mendalam dapat membuat seseorang mencari rasa aman dan kontrol melalui penimbunan barang-barang.
Selain faktor biologis dan traumatis, hoarding disorder dipengaruhi oleh kesulitan dalam pengambilan keputusan, keterikatan emosional terhadap barang, dan kecenderungan perfeksionis.
Individu dengan gangguan ini sering merasa takut membuat keputusan yang salah terkait barang-barang mereka sehingga cenderung menunda membuang atau mengatur barang-barang. Keterikatan emosional yang kuat dan pola pikir perfeksionis makin memperparah kondisi ini.
Dengan memahami penyebab-penyebab tersebut, kita dapat merancang strategi intervensi yang lebih efektif untuk membantu individu dengan hoarding disorder menjalani hidup yang lebih teratur dan sehat.
Berikut enam penyebab hoarding disorder yang perlu diketahui, Kamis (18/6/2024).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab Hoarding Disorder
1. Faktor Genetik dan Biologis
Penelitian menunjukkan bahwa hoarding disorder dapat memiliki komponen genetik. Orang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan menimbun lebih mungkin untuk mengembangkan kondisi yang sama.
Selain itu, beberapa studi menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam fungsi otak pada individu dengan hoarding disorder, khususnya di area yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, pemrosesan informasi, dan pengaturan emosi.
Perubahan dalam aktivitas otak ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk memutuskan apakah suatu barang harus disimpan atau dibuang. Gangguan ini juga mungkin terkait dengan ketidakseimbangan neurotransmitter yang mengatur suasana hati dan perilaku.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor genetik dan biologis, diharapkan pengobatan dan intervensi dapat lebih disesuaikan untuk individu yang mengalami hoarding disorder.
2. Pengalaman Trauma atau Stres
Banyak orang dengan hoarding disorder melaporkan bahwa kondisi mereka diperburuk atau dimulai setelah mengalami peristiwa traumatis atau stres yang signifikan.
Kehilangan orang yang dicintai, perceraian, atau kejadian yang mengakibatkan rasa kehilangan besar dapat memicu perilaku menimbun sebagai cara untuk mengatasi atau mengendalikan perasaan tersebut.
Menyimpan barang-barang dapat memberikan rasa aman atau kontrol bagi mereka yang merasa kehilangan atau terancam. Dalam beberapa kasus, barang-barang tersebut mungkin memiliki nilai sentimental yang tinggi sehingga sulit bagi individu untuk berpisah dengan mereka.
Terapi yang fokus pada penyembuhan trauma dan mengelola stres dapat membantu individu mengatasi akar penyebab dari perilaku menimbun.
Advertisement
Penyebab Hoarding Disorder
3. Kesulitan Mengambil Keputusan
Orang dengan hoarding disorder sering mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan membuang barang. Mereka mungkin merasa takut akan membuat keputusan yang salah, seperti membuang sesuatu yang mungkin dibutuhkan di masa depan atau memiliki nilai yang tidak mereka sadari saat ini.
Ketakutan ini dapat menyebabkan keraguan yang berlebihan dan kecenderungan untuk menyimpan barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Kesulitan dalam pengambilan keputusan ini sering kali diperburuk oleh kecenderungan untuk menghindari situasi yang menimbulkan stres atau kecemasan. Ketidakmampuan untuk memilah mana barang yang harus disimpan dan mana yang harus dibuang dapat menyebabkan akumulasi barang-barang yang tidak terkontrol.
Pelatihan dalam keterampilan pengambilan keputusan dan strategi mengelola kecemasan dapat membantu individu mengatasi kesulitan ini.
4. Persepsi Emosional terhadap Barang
Banyak individu dengan hoarding disorder memiliki keterikatan emosional yang kuat terhadap barang-barang mereka. Mereka mungkin melihat barang-barang tersebut sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri atau sebagai pengingat dari waktu, tempat, atau orang yang penting dalam hidup mereka.
Keterikatan emosional ini membuat sangat sulit bagi mereka untuk membuang barang, bahkan jika barang tersebut tidak memiliki nilai praktis.
Barang-barang yang disimpan mungkin memiliki makna simbolis atau sentimental yang kuat, yang membuat proses memilah dan membuang menjadi sangat emosional.
Terapi kognitif-behavioral dapat membantu individu memahami dan memodifikasi persepsi emosional mereka terhadap barang-barang, serta mengembangkan strategi untuk mengelola emosi yang muncul saat mencoba mengurangi jumlah barang yang dimiliki.
Penyebab Hoarding Disorder
5. Pola Pikiran Perfeksionis
Perfeksionisme juga bisa menjadi faktor penyebab hoarding disorder. Individu yang perfeksionis mungkin memiliki standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri dan merasa bahwa membuang barang adalah keputusan yang harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan tanpa kesalahan.
Mereka mungkin menunda pembuangan barang karena takut membuat keputusan yang salah atau merasa bahwa mereka belum memiliki cukup waktu atau energi untuk melakukannya dengan sempurna.
Perfeksionisme ini dapat menyebabkan penundaan kronis dan akumulasi barang yang tidak terkendali.
Terapi untuk hoarding disorder sering kali melibatkan membantu individu mengatasi pola pikir perfeksionis ini dan belajar membuat keputusan yang lebih realistis dan praktis mengenai barang-barang mereka.
6. Kondisi Kesehatan Mental Lainnya
Hoarding disorder sering kali muncul bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya seperti depresi, gangguan kecemasan, atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
Depresi dapat mengurangi motivasi dan energi untuk membersihkan atau mengorganisasi barang, sementara kecemasan dapat meningkatkan keterikatan emosional pada barang sebagai sumber kenyamanan.
Gangguan kesehatan mental yang bersamaan ini dapat memperburuk hoarding disorder dan membuat perawatan menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, pengobatan yang efektif sering kali memerlukan pendekatan yang holistik, yang mencakup penanganan hoarding disorder serta kondisi kesehatan mental yang mendasarinya.
Yuk, baca artikel penyebab lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement