Bola.com, Jakarta - Momen haru dan membanggakan menjadi milik Ni Xia Lian di panggung Olimpiade 2024. Olimpian asal Luksemburg ini menjadi buah bibir setelah mencatat rekor tak biasa di pentas tertinggi event multicabang terbesar.
Pada Minggu (28/7/2024) waktu Paris, Prancis, Ni Xia Lian mencetak sejarah Olimpiade. Hal itu terjadi setelah ia tampil di nomor tunggal putri cabang tenis meja, kontra atlet asal Turki, Sibel Altinkaya.
Advertisement
Kala itu, ia resmi menjadi atlet tertua yang sepanjang sejarah Olimpiade, yakni berusia 61 tahun!. Hebatnya, Ni Xia Lian menaklukkan Sibel, yang berusia 30 tahun lebih muda, dengan skor 4-2. Wow banget kan!
Venue cabang tenis meja, South Paris Arena, menggamit lengan perhatian dunia lagi ketika Ni Xia Lian tampil pada babak 32 besar. Ia bertemu petenis meja tunggal putri nomor satu dunia, Sun Yingsha.
Ni Xia Lian kalah dari petenis yang berusia 38 tahun lebih muda, sekaligus peraih medali emas nomor tim di Olimpiade Tokyo, tersebut. Kalah 0-4 (5-11, 1-11, 11-13 dan 4-11), bukan berarti dunia lesu bagi Ni Xia Lian.
Sebaliknya, setelah pertandingan yang menghentikan cerita Ni Xia Lian di Olimpiade 2024 Paris, seluruh penonton memberi apresiasi. Mereka ada yang beteriak menyebut nama Ni Xia Lian, sampai pelukan hangat dari beberapa orang terdekat, termasuk sang suami, yang sekaligus pelatih, Tommy Danielsson.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kaget Beda Usia
Selepas pertandingan, fakta unik terkuak. Ternyata, usia Sun Yingsha lebih muda sembilan tahun dari putra Ni Xia Lian! Tak pelak, Sun boleh saja menang, tapi Ni yang mendapat tepuk tangan meriah dari penonton.
Ni Xia Lian juga mendapat pelukan hangat dari bangsawan Grand Duke of Luxembourg. Bahkan, petenis meja kelahiran 4 Juli 1963 ini harus tinggal lebih lama di lapangan karena harus melayani permintaan wawancara para jurnalis, serta penonton yang ingin berfoto dengannya.
Ni mulai bermain tenis meja Shanghai, setelah menonton turnamen di TV. Pada usia 16 tahun, dia sudah masuk tim nasional, lalu memenangkan dua medali emas untuk Tiongkok di kejuaraan dunia Berlin pada 1983.
Nyatanya, Ni Xia Lian jatuh cinta dengan kota Berlin. Tak heran jika ia memutuskan belajar di kota tersebut, lalu pindah ke Luksemburg setelah lulus dari perguruan tinggi.
Advertisement
Pilihan Hidup
Di negara tersebut, ia melanjutkan hidup. Efeknya luar biasa, ia sudah merasakan enam kali terjun ke Olimpiade. Ni Xia Lian mendapat kehormatan ketika defile kontingen pembukaan Olimpiade 2024 Paris, yakni pembawa bendera.
Ni Xia Lian sangat terkenal di Luksemburg, dan sangat dicintai di Tiongkok. Pemain muda di sirkuit nasional, semua memanggilnya “Bibi” sebagai tanda hormat. Tetapi dia mengaku agak gugup menghadapi Sun.
“Saya dulu salah satu yang terbaik di dunia juga. Tapi, itu 40 tahun yang lalu. Sun pemain bagus, tapi sebenarnya saya juga tak kalah oke. Gaya saya kuno, tetapi teknik saya canggih,” kata Ni Xia Lian.
Dia sudah menginspirasi setidaknya satu atlet lain di Olimpiade 2024 Paris. Mantan rekan setimnya di Tiongkok, Zhiying Zeng, baru saja kembali ke olahraga ini setelah tiga dekade meninggalkannya. Zeng membela Chile, namun sudah tersingkir di babak penyisihan.
Ni Xia Lian mengaku, kegagalan di Olimpiade 2024 Paris tak akan meredupkan semangat untuk terus bermain tenis meja. Setidaknya, kini ia akan lebih fokus mengembangkan potensi atlet-atlet muda Luksemburg, agar bisa berjaya di level Eropa, dunia maupun Olimpiade mendatang.