Bola.com, Jakarta Petinju Aljazair, Imane Khelif menjadi berita utama di seluruh dunia setelah kemenangannya dalam kategori 66 kg Olimpiade Paris 2024 melawan wakil Italia, Angela Carini.
Carini mengundurkan diri setelah hanya 46 detik dalam pertandingan babak 16 besar. Khelif hanya butuh satu pukulan keras. Lawan berlutut dan tangannya diangkat saat ia menyerah.
Advertisement
Tahun lalu, Asosiasi Tinju Internasional (IBA) mendiskualifikasi Khelif dari Kejuaraan Dunia Wanita di New Delhi setelah ia gagal dalam tes kelayakan gender, dan sejak itu namanya diselimuti kontroversi.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Rekor
Khelif memulai debutnya di kancah amatir dunia pada usia 19 tahun. Ia berada di peringkat ke-17 pada Kejuaraan Dunia 2018 dan peringkat ke-19 pada Kejuaraan Tinju Dunia Wanita 2019. Pada Olimpiade 2020, Khelif berhasil mencapai perempat final sebelum kalah dari Kellie Harrington dari Irlandia.
Pada tahun 2022, Khelif berhasil menempati posisi kedua dalam Kejuaraan Tinju Dunia Wanita setelah kalah dari Amy Broadhurst. Khelif juga memenangkan medali emas pada Kejuaraan Afrika 2022, Mediterranean Games, dan Arab Games 2023.
Khelif memegang rekor 37-9 sebagai petarung di level amatir dan memiliki rekor profesional 1-0. Di level amatir, ia memiliki 5 KO dan belum pernah kalah sejak 2022.
Advertisement
Bukan Transeksual
Banyak yang salah mengira Khelif sebagai seorang transeksual. Namun ini tidak benar, dan Komite Olimpiade merilis pernyataan, Khelif korban keputusan sewenang-wenang oleh IBA.
Imane Khelif sebenarnya wanita tapi memang punya kelainan hormonal.
"Agresi yang dilakukan saat ini terhadap kedua atlet ini sepenuhnya didasarkan pada keputusan sewenang-wenang yang diambil tanpa prosedur yang tepat, terutama mengingat kedua atlet ini telah berkompetisi di kompetisi tingkat atas selama bertahun-tahun," ujar IOC.
Jenis Kelainan
Gangguan Perkembangan Seksual (DSD), yang juga dikenal sebagai perbedaan dalam perkembangan jenis kelamin, adalah sekelompok kondisi yang terjadi karena perbedaan antara jenis kelamin kromosom, gonad, atau anatomis seseorang. Kondisi ini dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, seperti:
Perbedaan kromosom: Misalnya, seseorang dengan kromosom pria (XY) mungkin memiliki alat kelamin yang tampak seperti wanita, atau sebaliknya.
Perbedaan gonad: Ini dapat melibatkan adanya jaringan ovarium dan testis.
Perbedaan genital: Ini termasuk perkembangan genital yang tidak biasa, seperti penis yang kurang berkembang atau klitoris yang membesar.
Beberapa jenis DSD yang umum termasuk Sindrom Ketidakpekaan Androgen (AIS), Hiperplasia Adrenal Kongenital (CAH), dan Sindrom Turner.
Advertisement
Pernah Diskualifikasi
Khelif, yang memenangkan medali perak di kejuaraan dunia Asosiasi Tinju Internasional tahun 2022, didiskualifikasi dari kejuaraan tahun lalu sesaat sebelum pertandingan perebutan medali emas karena apa yang diklaim sebagai peningkatan kadar testosteron.
Kasus Khelif menyoroti kompleksitas dan tantangan yang dihadapi atlet dengan kasus DSD dan kriteria untuk berkompetisi dalam kategori olahraga yang dipisahkan berdasarkan gender. Rincian spesifik tentang kondisi DSD-nya belum diungkapkan kepada publik.
Beberapa individu dengan perbedaan perkembangan jenis kelamin (DSD) dibesarkan sebagai perempuan. Mereka mungkin memiliki kadar testosteron yang mirip dengan yang biasanya ditemukan pada laki-laki, kapasitas biologis untuk merespons testosteron, dan kromosom XY.
Paspor Khelif menyatakan bahwa dia adalah perempuan.
Pedoman IOC yang direvisi mengharuskan atlet DSD untuk mempertahankan kadar testosteron di bawah 2,5 nmol/L selama 24 bulan untuk berkompetisi dalam kategori wanita, yang mempromosikan keadilan dengan mengurangi keuntungan performa dari testosteron yang meningkat.
Sumber: IOC, AS, Independent