Bola.com, Jakarta - Di dunia yang makin tidak menentu, fenomena "panic buying" atau pembelian panik telah menjadi topik yang muncul dalam beberapa tahun terakhir.
Istilah panic buying merujuk pada perilaku konsumen yang tiba-tiba membeli barang dalam jumlah besar karena takut akan kelangkaan di masa depan.
Baca Juga
Advertisement
Fenomena ini mencerminkan sesuatu yang lebih dalam tentang sifat manusia dan bagaimana kita merespons ketidakpastian.
Ketika dihadapkan dengan ancaman nyata atau yang dipersepsikan, seperti pandemi atau bencana alam, naluri bertahan kita mengambil alih, mendorong kita untuk mengamankan sumber daya yang kita anggap penting untuk bertahan hidup.
Panic buying memiliki dampak yang kompleks pada ekonomi, psikologi sosial, dan bahkan kebijakan publik.
Pemahaman tentang pengertian panic buying tidak hanya penting bagi konsumen, tetapi juga bagi pebisnis, pembuat kebijakan, dan siapa pun yang ingin memahami dinamika perilaku manusia dalam situasi krisis.
Untuk lebih jelasnya, berikut rangkuman tentang panic buying yang bisa menambah ilmu atau wawasan, Rabu (7/8/2024).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Penyebab Panic Buying
- Ketakutan Akan Kehilangan Akses
Orang-orang khawatir bahwa mereka akan kehilangan akses ke barang-barang penting atau dibutuhkan, terutama dalam situasi genting seperti pandemi atau bencana alam. Mereka ingin memastikan bahwa mereka memiliki stok yang cukup untuk menghadapi masa sulit.
- Efek Tertular Kecemasan
Ketika seseorang melihat orang lain terlibat dalam panic buying, itu dapat memicu efek domino. Orang lain menjadi khawatir bahwa mereka juga akan kehilangan barang-barang yang sama sehingga mereka ikut melakukan panic buying.
- Informasi Cepat dan Viral
Informasi dan berita tentang keadaan genting dapat menyebar dengan cepat melalui media sosial dan berita online. Informasi yang tidak benar atau berlebihan dapat memperburuk kecemasan dan mendorong orang untuk melakukan panic buying.
- Tidak Ada Kepercayaan pada Pasokan
Terkadang, masyarakat memiliki sedikit atau tidak ada kepercayaan pada kemampuan pasokan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini dapat mengakibatkan ketidakpastian yang memicu panic buying.
- Perasaan Tidak Aman
Orang-orang merasa tidak aman dalam situasi genting dan berpikir bahwa memiliki stok barang-barang tertentu akan membuat mereka merasa lebih aman. Perasaan tidak aman ini dapat membuat mereka terlibat dalam pembelian berlebihan.
Advertisement
Penyebab Panic Buying
- Efek Psikologis Individu
Individu yang mengalami situasi genting dapat merasakan kecemasan yang berlebihan. Mereka mungkin tidak berpikir secara rasional dan berusaha untuk merasa lebih aman dengan membeli barang-barang dalam jumlah berlebihan.
- Persepsi Terhadap Kekurangan
Terkadang, orang berpikir bahwa ada kekurangan barang-barang tertentu, meski pasokan sebenarnya mencukupi. Ini dapat mengakibatkan pembelian berlebihan dan meningkatkan kecemasan.
- Pengaruh dari Media dan Sosial Media
Berita, postingan, atau video tentang panic buying di media sosial dapat memengaruhi orang untuk ikut serta dalam fenomena ini. Mereka merasa terdorong untuk mengikuti apa yang dilihat atau dibaca di media.
- Tidak Ada Pedoman atau Informasi yang Jelas
Kadang-kadang, kurangnya pedoman atau informasi yang jelas dari pemerintah atau otoritas dapat membingungkan masyarakat dan membuat mereka merasa perlu untuk bertindak sendiri dengan melakukan panic buying.
Dampak Panic Buying
- Kecemasan Bisa Menular
Sesuai pengertian apa itu panic buying, panic buying adalah situasi yang menimbulkan rasa cemas berlebihan. Nahasnya, kecemasan tersebut tidak hanya terjadi pada satu individu, tetapi bisa menular ke individu lain.
Hal tersebut makin diperparah dengan arus informasi di era digital yang begitu cepat dan terkadang membingungkan sehingga terjadi kecemasan berlebihan secara massal.
- Kekurangan Produk Tertentu
Kecemasan berlebihan secara massal membuat orang rela menghamburkan uangnya untuk membeli barang penting seperti sembako, masker, dan hand sanitizer. Pembelian yang tidak wajar akan membuat stok produk minim atau bahkan kosong.
Padahal, masih banyak mereka yang betul-betul membutuhkan dan harus membeli produk tersebut. Namun, produk seperti masker dan sembako justru hanya dimiliki segelintir orang.
Advertisement
Dampak Panic Buying
- Pemborosan
Perilaku membeli berlebihan membuat individu mengalami pemborosan. Uang yang seharusnya bisa digunakan untuk keperluan lain atau diberikan pada orang yang membutuhkan jadi dihamburkan tanpa tujuan pasti.
- Produk yang Membusuk
Produk menjadi busuk karena tidak terpakai. Misalnya kebutuhan makanan. Padahal, yang dibutuhkan hanya untuk lima orang saja, tetapi yang dibeli justru untuk 20 orang. Hal tersebut tentu akan membuat bahan makanan jadi busuk dan tidak dapat dimanfaatkan.
- Kondisi Keuangan Rumah Tangga Jadi Terganggu
Di samping pemborosan, kondisi keuangan rumah tangga bisa terganggu. Sebab, di samping pengeluaran berlebihan, pendapatan pada situasi yang tidak terduga bisa jadi berkurang.
- Inflasi
Terakhir, dari sudut pandang masyarakat secara luas dan pemerintahan sebuah negara, panic buying adalah kondisi yang bisa membuat ekonomi suatu negara mengalami inflasi.
Inflasi adalah penurunan nilai uang kertas karena begitu banyaknya uang yang beredar secara cepat sehingga membuat harga mengalami kenaikan signifikan.
Bagi yang tabungannya banyak mungkin masih bisa mengatasi inflasi, tetapi untuk orang-orang tidak mampu pastinya akan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan.
Cara Mencegah Panic Buying
- Jangan Terburu-buru
Saat orang lain membeli secara berlebihan, jangan tergesa-gesa. Tenangkan diri dan lihatlah kondisi sekitar. Kebutuhan seperti makan pasti masih bisa terpenuhi, meski tidak membeli dalam jumlah berlebihan.
- Ajak Keluarga dan Lingkungan Sekitar untuk Menenangkan Diri
Selain Anda sendiri, Anda juga perlu mengajak keluarga dan lingkungan sendiri untuk tetap tenang serta berpikir rasional. Dengan demikian, tingkat kecemasan massal bisa berkurang.
- Beri Waktu untuk Toko Melakukan Proses Distribusi
Jika memang di toko mengalami stok minim atau kehabisan, Anda tidak perlu khawatir. Toko pasti akan melakukan proses distribusi untuk mengisi ulang stok yang kosong sehingga Anda harus sabar menunggu.
- Buat Daftar Belanja
Agar langkah pembelian barang bisa terukur, Anda bisa membuat daftar belanja. Tulislah apa saja yang sekiranya diperlukan pada masa sulit seperti pandemi. Prioritaskan untuk membeli bahan makanan pokok dan bahan primer seperti alat kesehatan. Ukur jumlah yang dibutuhkan dan beli sesuai kebutuhan.
Situasi seperti pandemi tidak mungkin hanya sebentar saja. Maka, berpikirlah secara jangka panjang agar produk yang Anda beli tetap bisa dimanfaatkan dan tidak membusuk saat disimpan.
- Perbesar Empati
Anda juga perlu melihat dan memahami kondisi sekitar. Perbesar empati dan tidak mementingkan diri sendiri saja. Ada banyak orang yang ikut merasakan masa sulit dan bersusah payah karenanya.
Â
Yuk, baca artikel edukasi lainnya dengan mengeklik tautan ini.
Advertisement