Sukses


Apa Itu Anger Issues? Ketahui Penyebab, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Bola.com, Jakarta - Anger issues, atau masalah kemarahan, merujuk pada kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi kemarahan mereka.

Anger issues sering terlihat dalam bentuk ledakan kemarahan yang tidak proporsional terhadap situasi yang dihadapi, atau perasaan kemarahan yang terus-menerus yang sulit dikendalikan.

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada individu yang mengalaminya, tetapi juga dapat memengaruhi hubungan interpersonal dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Anger issues dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres, pengalaman masa lalu yang traumatis, atau ketidakseimbangan kimia dalam otak.

Memahami anger issues dengan benar menjadi langkah penting dalam upaya mengatasi dan mengelola emosi marah secara lebih efektif.

Itulah sedikit penjelasan mengenai anger issues. Untuk lebih jelasnya, berikut rangkuman tentang anger issues yang bisa menambah ilmu dan wawasan, Selasa (27/8/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Penyebab Anger Issues

  • Stres dan Tekanan Hidup

Stres yang berkepanjangan dari pekerjaan, masalah keuangan, atau konflik hubungan dapat menyebabkan seseorang merasa frustrasi dan mudah marah.

Tekanan yang terus-menerus ini mengurangi kemampuan seseorang untuk mengelola emosi mereka dengan baik sehingga kemarahan bisa menjadi respons yang sering muncul.

  • Pengalaman Trauma atau Kesehatan Mental

Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti kekerasan atau pelecehan, dapat meninggalkan dampak jangka panjang yang memengaruhi cara seseorang mengelola emosi mereka.

Selain itu, kondisi kesehatan mental seperti gangguan kecemasan atau depresi juga sering dikaitkan dengan masalah kemarahan. Individu yang mengalami trauma atau gangguan kesehatan mental mungkin lebih rentan terhadap ledakan kemarahan.

  • Ketidakseimbangan Kimia Otak

Kadar neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamin, memainkan peran penting dalam regulasi emosi. Ketidakseimbangan kimia otak dapat memengaruhi mood dan emosi seseorang, termasuk kecenderungan untuk marah.

Kondisi medis yang memengaruhi fungsi otak juga bisa menjadi faktor penyebab kemarahan yang tidak terkendali.

3 dari 6 halaman

Penyebab Anger Issues

  • Pola Asuh dan Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga dan pola asuh di masa kanak-kanak juga dapat memengaruhi perkembangan masalah kemarahan. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh konflik atau yang sering menyaksikan perilaku agresif dari orang tua mungkin belajar untuk mengekspresikan emosi mereka melalui kemarahan.

  • Kurangnya Keterampilan Mengelola Emosi

Beberapa orang mungkin tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat. Tanpa keterampilan untuk menangani stres atau frustrasi, kemarahan bisa menjadi respons otomatis saat menghadapi situasi yang menantang.

  • Faktor Genetik dan Biologis

Beberapa individu mungkin memiliki predisposisi genetik yang membuat mereka lebih rentan terhadap anger issues. Ketidakseimbangan kimia otak, terutama pada neurotransmiter seperti serotonin, juga dapat memengaruhi regulasi emosi dan kontrol impuls.

Selain itu, kondisi medis tertentu seperti chronic pain atau traumatic brain injury dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kesulitan dalam mengelola kemarahan.

4 dari 6 halaman

Jenis Anger Issues

  • Outward

Anger issues jenis ini melibatkan ekspresi kemarahan dan agresi dengan cara yang jelas. Hal ini dapat mencakup perilaku seperti berteriak, mengumpat, melempar atau menghancurkan barang, atau kasar secara verbal atau fisik terhadap orang lain.

  • Inward

Kemarahan jenis ini ditujukan kepada diri sendiri. Ini melibatkan pembicaraan negatif pada diri sendiri, menyangkal hal-hal yang membuatmu bahagia atau bahkan kebutuhan dasar, seperti makanan.

Menyakiti diri sendiri dan mengisolasi diri dari orang lain adalah cara lain untuk mengarahkan kemarahan ke dalam diri sendiri.

  • Pasif

Ini melibatkan penggunaan cara-cara halus dan tidak langsung untuk mengekspresikan kemarahan. Contoh perilaku pasif agresif ini antara lain bersikap diam, merajuk, bersikap sarkastik, dan melontarkan komentar sinis.

5 dari 6 halaman

Cara Mengatasi Anger Issues

  • Terapi Psikologis

Mengikuti terapi psikologis seperti Terapi Kognitif Perilaku (CBT) dapat sangat membantu. CBT membantu individu memahami pola pikir dan perilaku yang memicu kemarahan mereka dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih positif dan adaptif.

Terapi juga dapat memberikan alat dan teknik untuk mengelola emosi dengan lebih baik.

  • Latihan Relaksasi dan Teknik Pernapasan

Latihan relaksasi seperti meditasi, yoga, dan teknik pernapasan dalam dapat membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi kecenderungan untuk marah. Teknik pernapasan dalam, misalnya, melibatkan mengambil napas dalam-dalam dan perlahan untuk meredakan ketegangan dan mengembalikan ketenangan.

  • Olahraga Rutin

Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Olahraga melepaskan endorfin, zat kimia di otak yang bertindak sebagai penenang alami.

Aktivitas seperti berjalan, berlari, atau bersepeda dapat menjadi cara efektif untuk mengelola kemarahan.

  • Pengembangan Keterampilan Komunikasi

Mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif penting untuk mengelola kemarahan. Ini termasuk belajar cara menyampaikan perasaan dengan cara yang konstruktif dan menghindari ungkapan kemarahan yang agresif.

Menggunakan "saya" statement, seperti "Saya merasa frustrasi ketika..." dapat membantu menyampaikan perasaan tanpa menuduh atau menyalahkan orang lain.

6 dari 6 halaman

Cara Mengatasi Anger Issues

  • Menerapkan Teknik Pikir Ulang

Mengubah cara pandang terhadap situasi yang memicu kemarahan dapat membantu meredakannya. Teknik pikir ulang melibatkan mengevaluasi apakah situasi yang memicu kemarahan benar-benar seburuk yang tampak dan mencari perspektif alternatif yang lebih positif.

  • Mencari Dukungan Sosial

Berbicara dengan teman, keluarga, atau kelompok dukungan tentang perasaanmu dapat memberikan perspektif baru dan dukungan emosional. Kadang-kadang, berbagi perasaan dengan orang lain dapat membantu mengurangi beban emosional dan mendapatkan nasihat yang bermanfaat.

  • Menetapkan Batasan dan Mengelola Stres

Membuat batasan yang jelas di tempat kerja dan dalam hubungan pribadi dapat membantu mengurangi sumber stres yang mungkin memicu kemarahan.

Mengelola waktu dan stres dengan baik, seperti menghindari beban kerja yang berlebihan, juga penting untuk menjaga keseimbangan emosional.

 

Yuk, baca artikel kesehatan mental lainnya dengan mengeklik tautan ini.

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer