Sukses


Contoh Cerita Rakyat Jawa Barat: Ciung Wanara

Bola.com, Jakarta - Cerita rakyat merupakan warisan budaya yang menyimpan nilai-nilai luhur serta kisah-kisah penuh makna yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Satu di antara cerita rakyat yang terkenal dari Jawa Barat adalah kisah "Ciung Wanara". Kisah ini bukan hanya sebatas cerita rakyat, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai moral, kepemimpinan, dan keadilan yang relevan dengan kehidupan masyarakat.

Melalui cerita rakyat Ciung Wanara, kita dapat mempelajari banyak hal tentang kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa Barat hingga kini.

Ciung Wanara adalah satu di antara cerita rakyat yang memiliki makna mendalam di budaya Jawa Barat. Kisah ini menggambarkan perjalanan seorang pemuda bernama Ciung Wanara, yang lahir dari keluarga kerajaan.

Kisah ini sering dikaitkan dengan konsep keadilan dan perjuangan untuk memperoleh hak yang sah. Pada konteks budaya Jawa Barat, cerita rakyat ini mengajarkan tentang pentingnya keadilan dan keberanian dalam menghadapi tantangan hidup.

Nilai-nilai ini tetap relevan dan diajarkan kepada generasi muda sebagai bagian dari pendidikan karakter. Penasaran ingin mengetahui lebih dalam cerita rakyat rakyat Jawa Barat: Ciung Wanara?

Berikut ini cerita rakyat Jawa Barat: Ciung Wanara yang penuh pesan moral, Kamis (29/8/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Cerita Rakyat Jawa Barat: Ciung Wanara

Kerajaan Galuh pernah dipimpin oleh seorang raja bijaksana bernama Prabu Permana Di Kusumah. Namun, karena kegelisahan batin yang terus-menerus mengganggu pikirannya, sang raja memutuskan untuk mengasingkan diri dan menjadi seorang pertapa.

Sebelum pergi, ia menyerahkan kekuasaan kerajaan kepada Menteri Aria Kebonan, yang kemudian dikenal sebagai Prabu Barma Wijaya.

Prabu Barma Wijaya mulai memimpin dengan buruk, memperkenalkan kebiasaan mabuk-mabukan dan sabung ayam di kalangan pejabat istana.

Di tengah kerusakan ini, ada dua istri raja, Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum, yang keduanya hamil.

Dewi Pangrenyep, yang memiliki sifat angkuh dan mudah cemburu, melahirkan lebih dahulu, sementara Dewi Naganingrum masih mengandung.

3 dari 4 halaman

Cerita Rakyat Jawa Barat: Ciung Wanara

Melihat anak yang dikandung Dewi Naganingrum sebagai ancaman terhadap kekuasaannya, Prabu Barma Wijaya dan Dewi Pangrenyep merencanakan kejahatan.

Saat bayi Naganingrum lahir, mereka menukarnya dengan seekor anak anjing dan membuang bayi yang sebenarnya ke Sungai Citanduy. Dewi Naganingrum difitnah dan diusir dari istana, tetapi Uwa Batara Lengser yang diperintahkan untuk membunuhnya, memilih untuk menyelamatkan sang ratu.

Bayi yang dibuang ke sungai ditemukan oleh penduduk Desa Geger Sunten dan diberi nama Ciung Wanara. Ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan kuat, dan akhirnya mengetahui bahwa ia bukan anak asli desa tersebut.

Dengan seekor ayam jantan yang kuat sebagai pendampingnya, Ciung Wanara memutuskan untuk mencari asal-usulnya di Kerajaan Galuh.

4 dari 4 halaman

Cerita Rakyat Jawa Barat: Ciung Wanara

Di kerajaan, Ciung Wanara menantang Prabu Barma Wijaya dalam sabung ayam, dengan syarat jika ayamnya menang, ia akan meminta setengah dari wilayah kerajaan.

Ayam milik Ciung Wanara yang kuat berhasil mengalahkan ayam jago milik raja sehingga ia memperoleh setengah dari Kerajaan Galuh dan mengetahui kebenaran tentang asal-usulnya dari Uwa Batara Lengser.

Setelah mendengar kisah masa lalunya, Ciung Wanara memutuskan untuk membalas dendam kepada Prabu Barma Wijaya dan Dewi Pangrenyep.

Ia berhasil mengurung mereka, tetapi Hariang Banga, anak Dewi Pangrenyep, tidak terima dan menantang Ciung Wanara untuk berduel. Pertarungan antara kakak beradik itu berlangsung sengit, tetapi tidak ada yang menang.

Pertarungan mereka dihentikan oleh Prabu Permana Di Kusumah dan Dewi Naganingrum yang muncul sebagai penengah.

Sang raja memutuskan bahwa Ciung Wanara akan memerintah di Galuh, sementara Hariang Banga, yang kemudian dikenal sebagai Jaka Susurah, akan memimpin di wilayah timur. Kedua kerajaan tersebut berkembang menjadi negeri yang makmur dan saling mendukung satu sama lain.

 

Dapatkan artikel contoh cerita rakyat berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer