Sukses


Contoh Cerita Rakyat Aceh: Atu Belah Ajaib

Bola.com, Jakarta - Cerita rakyat Aceh "Atu Belah Ajaib" menggambarkan hubungan erat antara manusia dan alam, serta bagaimana kepercayaan terhadap kekuatan supranatural menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat.

Pada cerita rakyat ini, Atu Belah, sebuah batu besar, dipercaya memiliki kekuatan ajaib untuk menelan orang-orang yang merasa putus asa.

Batu tersebut menjadi simbol pelarian dan keputusasaan dalam menghadapi cobaan hidup, yang mencerminkan betapa sulitnya kehidupan di masa lalu bagi masyarakat Aceh, terutama dalam menghadapi kemiskinan dan tekanan sosial.

Cerita rakyat ini tidak hanya mewariskan pesan moral kepada masyarakat, tetapi juga menegaskan pentingnya menjaga harmoni antara keluarga dan komunitas. Atu Belah juga berperan sebagai simbol dalam tradisi lisan Aceh yang kaya akan cerita-cerita penuh makna.

Kisah ini sering disampaikan dari generasi ke generasi sebagai pelajaran tentang pentingnya berkomunikasi, menghargai setiap anggota keluarga, serta menghadapi masalah hidup dengan kepala dingin.

Berikut ini cerita rakyat Aceh: Atu Belah Ajaib yang berisi nilai-nilai kehidupan, Jumat (6/9/2024).

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Cerita Rakyat Aceh: Atu Belah Ajaib

Di sebuah desa bernama Penurun di Tanah Gayo, hiduplah keluarga petani miskin yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak kecil. Anaknya yang tertua berusia tujuh tahun, sedangkan adiknya masih menyusui.

Setiap hari, sang ayah bekerja keras di sawah dan hutan untuk menghidupi keluarganya yang kekurangan. Selain bertani, sang ayah juga menangkap belalang untuk dijadikan makanan karena hasil sawah mereka tidak mencukupi, terutama di musim paceklik.

Suatu hari, sang ayah memutuskan untuk pergi berburu ke hutan karena stok makanan di rumah hampir habis. Ia berpamitan pada istrinya dan berharap bisa membawa pulang hewan buruan untuk dimakan bersama.

Sementara itu, sang ibu tinggal di rumah menjaga anak-anak mereka yang mulai kelaparan. Ketika kedua anaknya menangis karena lapar, sang ibu kebingungan mencari makanan di dapur yang sudah kosong.

3 dari 4 halaman

Cerita Rakyat Aceh: Atu Belah Ajaib

Sang ibu teringat belalang yang dikumpulkan suaminya di lumbung. Ia pun meminta anak tertuanya untuk mengambil belalang-belalang tersebut agar bisa dimasak.

Anak itu segera pergi ke lumbung dan menangkap beberapa belalang. Namun, ketidaksengajaannya, ia lupa menutup pintu lumbung sehingga seluruh belalang yang tersisa kabur.

Anak itu kembali ke rumah dengan rasa takut dan menangis sambil memberitahu ibunya bahwa semua belalang telah lepas. Sang ibu kaget, tetapi ia merasa tak sanggup memarahi anaknya yang telah melakukan kesalahan.

Tak lama kemudian, sang ayah pulang dengan tangan hampa karena tidak mendapatkan hewan buruan, dan berharap bisa makan belalang sebagai pengganti.

Istri sang ayah merasa bingung dan akhirnya berbohong, mengakui bahwa dialah yang ceroboh dan menyebabkan belalang-belalang tersebut lepas.

4 dari 4 halaman

Cerita Rakyat Aceh: Atu Belah Ajaib

Mendengar pengakuan tersebut, sang ayah sangat marah. Ia merasa semua usahanya selama ini sia-sia, dan dalam kemarahannya, ia mengusir istrinya dari rumah.

Sang istri, merasa sangat sedih dan bersalah, pergi meninggalkan rumah sambil menangis. Ia berjalan menuju Atu Belah, batu besar yang dipercaya dapat menelan manusia. Anak-anaknya, yang merasa bersalah, mengikuti dari belakang.

Sampai di Atu Belah, sang ibu bernyanyi menggunakan bahasa Gayo, berharap batu tersebut akan membukakan jalan. Ajaib, batu besar itu membuka mulutnya, dan sang ibu pun masuk ke dalamnya.

Anak-anaknya berteriak meminta sang ibu untuk kembali, tetapi tubuh sang ibu sudah tertelan sepenuhnya, hanya menyisakan tujuh helai rambut yang jatuh ke tanah.

Masyarakat Gayo percaya bahwa kisah Atu Belah ini nyata dan menjadi legenda yang diwariskan secara turun-temurun. Batu besar yang terletak 35 km dari Takengon itu dipercaya bisa menelan orang-orang yang bersedih atau merasa putus asa.

Tujuh helai rambut yang tersisa dari sang ibu kemudian dianggap sebagai jimat oleh anak-anaknya, simbol dari penyesalan dan kehilangan.

 

Dapatkan artikel contoh cerita rakyat berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer