Bola.com, Jakarta - Tantangan berat dihadapi Edy Rahmayadi sebagai nakhoda PSSI. Federasi sepak bola Tanah Air baru saja melalui konflik panjang selama enam tahun terakhir. Banyak tantangan yang dihadapi. Mulai dari dahaga prestasi yang berkepanjangan, pembenahan pembinaan usia muda, hingga kompetisi profesional yang penuh konflik dan permasalahan.
Modal dasar dimiliki Edy, yang juga menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Ia menjadi Ketua Umum PSSI yang mendapat dukungan dari pemerintahan Joko Widodo. Sinergi antara PSSI dengan pemerintah diharapkan bisa mempermulus reformasi sepak bola nasional.
Advertisement
Baca Juga
Di awal masa kepemimpinannya, performa Edy sebagai pemimpin federasi memesona. Timnas Indonesia, yang setahun lebih terasing dari persaingan internasional imbas sanksi FIFA, sukses menjadi runner-up Piala AFF 2016.
Tapi pencapaian ini belum memberi klimaks bagi publik sepak bola Tanah Air. Sejak terakhir kali menjadi juara SEA Games 1991, Timnas Indonesia tak pernah mencetak prestasi membanggakan. PSSI era baru punya tugas berat mengakhiri puasa panjang tersebut.
Pada Kamis (20/4/2017) siang Bola.com berkesempatan menyambangi Markas Besar Kostrad, Gambir, Jakarta, untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Edy Rahmayadi.
Pria berpangkat Letnan Jenderal TNI kelahiran Sabang, Aceh, 10 Maret 1961, bercerita banyak soal persoalan sepak bola Indonesia yang dihadapi PSSI kepengurusan. Pria yang dikenal ceplas-ceplos dalam berbicara ini berharap mendapat dukungan masyarakat agar bisa memperbaiki kinerja PSSI.
Berikut ini petikan wawancara bagian pertama Bola.com yang banyak membahas soal Timnas Indonesia dan tantangannya:
Selamat ulang tahun PSSI yang ke-87. Sebagai Ketua Umum PSSI, organisasi dengan usia setua ini idealnya berjalan seperti apa?
Usia 87 usia yang sudah sangat tua, bahkan kalau manusia sudah punya cucu harusnya kita sudah take-off dan sudan mapan secara organisasi dan sudan punya blueprint dan punya refrensi yang jelas. Itu semua sudah harus berjalan sebenarnya. Namun, tidak ada istilah terlambat. Keterlambatan ini harus kita kejar.
PSSI harus menyesuaikan diri dengan negara-negara maju yang sudah menunjukkan kebolehannya membesarkan nama bangsanya dengan persepak bolaannya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Target Awal Sebagai Nakhoda PSSI
Bisa dijelaskan gambaran besar target Anda setelah dipercaya sebagai Ketua Umum PSSI?
Yang pertama terpenuhinya kuantitas persepak bolaan Indonesia. Di daftar FIFA saat ini kita terdaftar memiliki 67 ribu atlet dari 250 juta populasinya. Kalau dibandingkan dengan Singapura yang populasinya hanya lima juta saja, jumlah pesepak bola di negara tersebut 197 ribu. Begitu jauh bedanya.
Apalagi kalau kita bicara Belanda, dari 16 juta masyarakatnya, 1,2 juta di antara menjadi pesepak bola. Makanya jangan heran kalau mencari atlet sepak bola sampai ke Belanda sana (pemain naturalisasi). Ini target yang harus kami kejar, secara kuantitas. Kalau sudah mendapatkan kuantitas, baru diseleksi secara kualitas.
Setelah sempat ada konflik, PSSI saat ini sudah bersinergi dengan pemerintah. Sinergi seperti apa yang diharapkan dengan pemerintah sekarang ini?
Bukan hanya kepada pemerintah. PSSI ini milik rakyat Indonesia. Jadi kami bertanggung jawab kepada masyarat Indonesia. Tidak ada sewajarnya ada konflik. Hidupnya PSSI itu di Indonesia. Pemerintah yang mendukung mutlak kemajuan PSSI. Bukan justru berkonflik. Saat ini alhamdullilah sinergi sudah berjalan.
Minimnya infrastruktur menjadi persoalan klasik dalam membangun sepak bola di Tanah Air. Terobosan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah ini?
Infrastruktur, saya langsung to the point saja soal jumlah lapangan ya. Lapangan sepak bola yang diakui sesuai kriteria oleh FIFA jumlahnya tanya dua. Satu di Senayan, Jakarta (Stadion Utama Gelora Bung Karno), satu lagi ada di Palembang (Stradion Gelora Sriwijaya).
Saya ambil contoh terdekat saja, jika dibandingnya dengan Singapura, mereka punya 21 stadion yang direkomendasikan oleh FIFA. Begitu jauh perbandingan dengan Indonesia. Padahal, negara tersebut kecil hampir tidak kelihatan di peta.
Dan infrastruktur ini akan bisa meningkat jumlahnya dengan adanya sinergi dengan pemerintah dari level pusat hingga daerah. Secara teknis PSSI yang mengatur. Mulai dari luas tanah, besar lapangan bola. Namun, penentu pembangunan tetaplah pemerintah. Soal infrastruktur, kami sedang membangun sinergi dengan pemerintah.
Advertisement
Target Timnas di SEA Games dan Asian Games
Timnas Indonesia U-22 sudah menjalani dua pertandingan uji coba. Bagaimana menurut Anda tentang hasil yang diraih timnas sejauh ini?
Pertama, Timnas Indonesia U-22 bermain melawan Myanmar setelah lima hari terbentuk. Wajar jika skill masih terlihat individual belum terbentuk sebuah teamwork yang solid. Setelah satu bulan setengah pelatnas kekompakan mulai terlihat, saat timnas berjumpa Persija.
Saya sangat optimistis, anak-anak kita di timnas ke depan akan menunjukkan kebesaran Indonesia.
Apakah target emas di SEA Games 2017 dan masuk babak semifinal di Asian Games 2018 cukup relevan? Padahal Kemenpora tidak mengharuskan meraih emas di SEA Games?
Ya, kita tahu bersama sepak bola tidak bisa instan. Oleh karena itu kami mempersiapkan timnas sedini mungkin. Bahkan berurut hingga level usia 19 hingga 16 sebagai pelapis dan menggantikan para seniornya. Buat SEA Games 2017 pada bulan Agustus nanti saya melihat cukup waktu persiapan.
Bukan saya bermaksud mendahului Tuhan tapi saya punya target mereka harus menjadi juara. Dengan melakukan persiapan yang cukup dan didukung pelatih yang baik serta support pendukung lainnya saya yakin bisa. Kita ingin tim yang kuat dari sisi indurance dan speed. Itu semua sedang dikerjakan oleh pelatih kita saat ini.
Buat Asian Games 2018, Indonesia masih punya waktu yang lumayan panjang. Tim yang tampil adalah para pemain Timnas Indonesia U-22 saat ini plus tiga senior. Target PSSI masuk empat besar. Jika bisa masuk empat besar, maka Indonesia punya kans ikut babak akhir kualifikasi Piala Dunia.
Timnas Indonesia U-22 akan melakukan pemusatan latihan di Spanyol sebelum tampil di SEA Games. Apa yang diharapkan selama pemusatan latihan di sana?
Ada empat sampai lima klub di sana yang akan menjadi lawan uji coba. Kami ingin tahu kekuatan timnas sampai di mana. Karena target jangka panjang adalah Asian Games 2018, walaupun sasaran jangka pendek di SEA Games 2017.
Program ini dibuat agar anak-anak tidak jenuh hanya berlatih di sini, di sana ada tantangan-tantangan dengan sajian lawan yang berbeda. Mulai dari kualitas, kondisi, dan posturnya. Motivasi yang dibutuhkan para pemain, sehingga nanti pada bulan Agustus tampil di SEA Games mereka bisa berbuat lebih baik.
Apa harapan untuk Timnas Indonesia U-22, U-19, dan Timnas U-16 yang akan mengikuti berbagai kejuaraan internasional dalam waktu dekat?
Timnas di level U-22, U-19, dan U-16 saya memberi target mereka menjadi nomor satu.
(Bersambung)