Bola.com, Surabaya - Banyak hal menarik yang patut diungkap dari kesuksesan Timnas Indonesia meraih medali emas dari cabang olahraga sepak bola SEA Games 1991 di Manila.
Selain masalah teknis latihan spartan yang diterapkan Anatoli Polosin kepada Ferryl Raymond Hattu dkk., ada kisah unik di luar lapangan yang tak kalah menggelitik.
Advertisement
Pelakunya utamanya adalah Hanafing. Ini berkaitan dengan jersey yang dipakai pemain untuk berlaga di pesta olahraga negara-negara di kawasan Asia Tenggara itu.
Ada aturan baru di cabang sepak bola perihal nomor di jersey pemain. Selain nomor punggung, semua tim peserta SEA Games harus mencantumkan nomor di dada dan celana jersey yang dikenakan.
Nah, regulasi ini jadi masalah besar bagi Timnas Indonesia ketika itu lantaran di jersey merah dan putih yang dimiliki Indonesia, belum ada nomor di dada dan celana. Runyamnya, ungkap Hanafing, masalah ini baru diketahui pagi hari jelang partai perdana Indonesia melawan Kamboja.
"Malam itu, coach Danur (Danurwindo) yang mewakili technical meeting. Jadi, tak mungkin cari tukang sablon malam-malam seperti itu. Pagi hari sehabis latihan, saya curiga dengan almarhum Syaiful, bagian perlengkapan Timnas Indonesia, yang mondar-mandir sambil menggotong jersey putih yang hendak kami mau pakai untuk melawan Kamboja. Ketika saya tanya, Syaiful bilang mau cari tukang sablon untuk nomor di jersey," tutur Hanafing.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pekerjaan Rahasia
Hanafing yang memang akrab dengan urusan sablon, akhirnya minta tolong Syaiful membeli cat khusus untuk sablon.
"Kalau dibawa ke tukang sablon, sehari tak mungkin bisa selesai karena proses sablon cukup panjang. Padahal, sorenya, kami harus pakai jersey itu untuk bertanding. Setelah Syaiful mendapat cat sablon warna merah dan putih, saya sendiri yang mencetak nomor di semua jersey pemain," ungkapnya.
Hanafing yang kala itu bermain di klub Galatama Niac Mitra, menyablon jersey di kamar Syaiful agar tak diketahui pemain lainnya.
"Saya sengaja menyablon di kamar Syaiful. Kas Hartadi, teman saya sekamar saja tak tahu soal ini karena saya tak mau psikis teman-teman terganggu gara-gara persoalan nomor di jersey," kenangnya.
Advertisement
Maraton Menyablon Jersey
Lalu, dari mana Hanafing punya ilmu sablon?
"Saya sablon jersey yang berwarna putih dulu, karena itu yang mendesak. Saya mulai mengerjakan jersey itu setelah sarapan dan selesai siang hari. Besoknya, setelah laga melawan Kamboja, saya sablon jersey yang berwarna merah. Saya sendiri yang bikin mal sablon hingga mengecatnya. Keterampilan itu saya dapat dari teman yang punya usaha sablon di Surabaya," ujarnya.
Pengorbanan Hanafing demi Merah-Putih patut diacungi jempol. Lantaran harus menyablon jersey untuk partai perdana, dia sama sekali tak istirahat siang.
"Kostum itu selesai saya sablon tiga atau empat jam sebelum pertandingan. Ketika teman-teman istirahat, saya menyablon jersey itu. Padahal, saya jadi starter melawan Kamboja. Saya tak pikir soal pertandingan. Yang ada dalam benak saya jersey itu harus jadi dan kami tak melanggar regulasi," ucapnya.
Rahasia ini baru terbongkar setelah Timnas Indonesia meraih medali emas, mengalahkan Thailand di partai final lewat drama adu penalti. Pada partai puncak bersejarah itu, Indonesia mengenakan jersey merah-merah karena bertindak sebagai home team.
"Demi menghormati jasa dan pengorbanan Bang Hanafing, saya masih simpan jersey merah itu. Jersey itu punya nilai sejarah tinggi bagi saya dan Indonesia," kata Salahuddin, pelatih Persis, yang juga jadi bagian Timnas Indonesia di SEA Games 1991 kepada Bola.com.