Bola.com, Jakarta - Kiprah Timnas Indonesia di era penggunaan pemain U-23 plus tiga senior terbilang lumayan. Sejak aturan ini mulai diberlakukan pada Sea Games 2001 Malaysia, skuad Garuda tercatat tiga kali melaju sampai ke final.
Masing-masing pada edisi 2011, 2013 dan 2019. Sebaliknya, dari 10 kali berpartisipasi, Timnas Indonesia U-23 hanya tiga kali langsung tersingkir di fase grup yakni di tahun 2003, 2007 dan 2009.
Advertisement
Momen terbaik Timnas Indonesia U-23 pada gelaran SEA Games terjadi pada 2011. Skuad Garuda Muda yang ditangani Rahmad Darmawan melaju ke final usai mengalahkan Vietnam dengan skor 2-0 di semifinal yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), 19 November.
Dua gol kemenangan Indonesia dicetak oleh Patrich Wanggai dan Titus Bonai. Timnas Indonesia U-23 pun digadang-gadang bakal menjadi juara setelah penampilan sempurna kontra tim dari Negeri Paman Ho.
Dua hari kemudian, Indonesia kembali menghadapi Malaysia pada laga perebutan medali emas di GBK. Disaksikan 80 ribu penonton, Kurnia Meiga dan kolega langsung menggebrak sejak menit awal.
Pendukung tim Merah Putih serentak bersorak usai Gunawan Dwi Cahyo menjebol gawang Malaysia yang dikawal Khairul Fahmi saat laga baru berjalan lima menit.
Namun, Malaysia yang mengalahkan Indonesia dengan skor 1-0 pada penyisihan grup berhasil menyamakan kedudukan tiga puluh menit kemudian lewat aksi Asraruddin Putra Omar.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kurang Beruntung
Skor imbang 1-1 membuat timnas U-23 yang dimotori Oktovianus Maniani kian gencar lakukan tekanan. Tapi, sampai waktu normal dan babak tambahan waktu berakhir, Indonesia tetap gagal menambah gol. Laga pun harus diakhiri dengan drama adu penalti.
Pada momen adu penalti ini, Indonesia mengandalkan lima eksekutor yakni Titus Bonai, Gunawan Dwi Cahyo, Egi Melgiansyah, Abdul Rahman Sulaeman dan Ferdinand Alfred Sinaga. Sedang Malaysia diwakili oleh Mahali Jasuli, Mohd Fandi Othman, Ahmad Fakri Saarani, Mohd Fadhli Mohd Shas dan Baddrol Bakhtiar.
Indonesia akhirnya gagal meraih medali emas di ajang multievent itu setelah Gunawan dan Ferdinand gagal menjalankan tugasnya. Sementara dari kubu Malaysia, hanya tendangan penalti Mohd Fadhli Mohd Shas yang mampu diamankan Kurnia Meiga.
Malaysia pun mengukuhkan dominasi mereka di edisi 2011 ini dengan unggul 4-3 pada drama adu penalti.
Advertisement
Edisi 2013
Timnas U-23 kembali melaju ke partai puncak di SEA Games 2013 di Myanmar. Sejatinya, Indonesia tampil kurang meyakinkan di edisi ini.
Tim asuhan Rahmad Darmawan dengan susah payah lolos ke semifinal setelah unggul head to head dengan Myanmar yang sama-sama mengoleksi poin 7. Indonesia pun mendampingi Thailand yang menjadi juara Grup B.
Di semifinal, Manahati Lestusen dan kolega kembali menghadapi Malaysia yang mengalahkan mereka pada final Sea Games 2011. Indonesia lebih unggul setelah penyerang sayap Bayu Gatra menjebol gawang lawan di menit ke-35. Namun, kemenangan yang sudah didepan mata sirna ketika penyerang Malaysia, Thamil Arasu memperdaya Kurnia Meiga, empat menit sebelum waktu normal berakhir.
Hasil imbang ini pun berlanjut sampai babak tambahan waktu berakhir. Aturan adu penalti pun diberlakukan untuk menetukan tim yang lolos ke final. Tak seperti dua tahun sebelumnya, kali ini Indonesia keluar sebagai pemenang. Dua eksekutor penalti Malaysia, Thamil Arasu dan Shahrul Bin Mohd Saad gagal menjalakan tugasnya.
Sementara dari Indonesia hanya Manahati Lestusen yang tidak berhasil menjebol gawang Malaysia. Indonesia pun melaju ke final menghadapi Thailand.
Seperti diketahui, pada final di Stadion Zayyarthiri, Naypyidaw, 21 Desember 2013, Indonesia takluk ditangan Thailand dengan skor tipis 0-1. Gol tunggal kemenangan tim Gajah Putih dicetak oleh Sarawut Masuk di menit ke-21.
Edisi 2019
Laga ketat ketiga yang dialami timnas U-23 terjadi pada semifinal Sea Games 2019. Tim asuhan Indra Sjafri menghadapi Myanmar di Rizal Memorial Stadium, 7 Desember. Modal skuad Garuda ke babak empat besar terbilang baik.
Mereka menjadi runner-up grup B dengan meraih empat kemenangan dan satu kali kalah. Produktivitas gol Osvaldo Haay dan kawan-kawan pun lumayan dengan koleksi 17 gol dan hanya kemasukan dua gol dalam empat laga.
Kontra Myammar di semifinal, Timnas Indonesia U-22 unggul dua gol lebih dulu melalui Evan Dimas Darmono pada menit ke-57 dan Egy Maulana Vikri menit ke-72. Namun, Myammar mampu menyamakan kedudukan lewat gol balasan Aung Kaung Mann enit ke-79 dan Win Naing Tun semenit kemudian. Laga ini dilanjutkan di babak tambahan waktu.
Indonesia yang memiliki stamina lebih baik akhirnya memenangkan duel ini lewat gol Osvaldo Haay menit 101 dan Evan Dimas Darmono dimenit 113. Sayang di laga final, 10 Desember, penampilan Indonesia mengalami antiklimaks.
Alih-alih membalas kekalahan 1-2 dari Vietnam, Evan Dimas dan kolega kembali takluk menghadapi lawan sama. Skuad Garuda dilibas skuad Park Hang-seo tiga gol tanpa balas.
Advertisement