Bola.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, Barcelona memiliki para gelandang yang piawai berperan sebagai playmaker. Andres Iniesta kini menjadi satu di antara jenderal lapangan tengah yang masih bertahan.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, Barcelona mempunyai Xavi Hernandez. Sebelum Xavi terkenal, Pep Guardiola pernah mengemban tugas sebagai penyambung lini belakang ke depan Barcelona.
Para gelandang Barcelona memang memiliki tugas khusus demi merealisasikan taktik tiki-taka. Tak ayal, para pemain sudah diajarkan bagaimana mengalirkan bola dengan gaya Barcelona sejak masih menimba ilmu di akademi.
Tugas berat itulah yang ternyata tidak bisa diemban beberapa pemain. Tercatat, Barcelona pernah mempunyai gelandang-gelandang dengan nama beken, namun tidak bisa beradaptasi dengan gaya main tiki-taka.
Berikut ini adalah deretan gelandang terkenal yang gagal tampil maksimal di Barcelona:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Juan Roman Riquelme (2002-2005)
Kualitas Juan Roman Riquelme sebagai playmaker tidak perlu diragukan. Namanya sudah bersinar meski mengawali karier sebagai pemain Boca Juniors.
Teknik olah bola, keakuratan umpan, serta kreativitasnya membuat Barcelona terpikat pada 2002. Namun sayangnya, pelatih Barcelona saat itu, Louis van Gaal, merasa kehadiran Riquelme adalah permintaan petinggi klub, bukan murni keinginannya.
Alhasil, Riquelme kesulitan mendapat kepercayaan dari Van Gaal. Pemain asal Argentina itu hanya bertahan selama semusim dan kemudian dipinjamkan ke Villarreal. Pada musim keempatnya di Spanyol, Riquelma resmi dilepas secara permanen ke Villarreal.
Advertisement
2. Robert Prosinecki (1996-1997)
Saat Barcelona ditangani Bobby Robson, Robert Prosinecki menjadi satu di antara pilar lini tengah tim. Dia didatangkan setelah tampil apik bersama tim nasional Kroasia di Piala Eropa 1996.
Prosinecki juga sudah tidak asing dengan kultur sepak bola Spanyol. Dia sudah merasakan bermain untuk Real Madrid (1991-1994), Real Oviedo (1994-1995), dan Sevilla (1995-1996).
Akan tetapi, karier Prosinecki mandek karena sering mengalami cedera. Prosinecki pun hanya menjalani 19 pertandingan Barcelona di La Liga dan kemudian dijual ke Dinamo Zagreb pada musim berikutnya.
3. Gaizka Mendieta (2002-2003)
Karier Gaizka Mendieta mencuat ketika membawa Valencia menembus final Liga Champions dalam dua tahun beruntun pada 1999-2001. Dia lantas dijual ke Lazio dengan biaya transfer 48 juta euro.
Namun, Mendieta gagal beradaptasi dengan gaya sepak bola Italia. Pada musim 2002-2003, Mendieta dipinjamkan Lazio ke Barcelona demi mengembalikan performa bermainnya.
Kembali ke Spanyol rupanya tidak membuat Mendieta tampil baik. Barcelona menolak memermanenkan Mendieta karena dianggap tidak sesuai kebutuhan tim.
Advertisement
4. Fabio Rochemback (2001-2005)
Fabio Rochemback direkrut Barcelona dari Internacional Porto Alegre pada 2001. Meski berusia baru 20 tahun, Rochemback digadang-gadang mampu menjadi penerus Pep Guardiola.
Namun, Rochemback kesulitan mengikuti gaya bermain Barcelona. Meski memiliki keunggulan dalam hal tembakan dari jarak jauh, Rochemback masih memiliki kelemahan dalam hal mengumpan.
Padahal, kualitas umpan pemain menjadi satu faktor kekuatan permainan Barcelona. Rochemback pun dilepas ke Middlesbrough pada 2005.
5. Gerard Lopez (2000-2005)
Gerard Lopez kembali ke Barcelona setelah tampil apik bersama Valencia pada 1997-2000. Gerard merupakan produk asli akademi Barcelona sejak 1993 sebelum hijrah ke Valencia.
Akan tetapi, Gerard tidak bisa mengunci posisi pemain inti karena mengalami berbagai masalah cedera. Barcelona lantas melepas Gerard ke AS Monaco pada 2005.
Setelah pensiun sebagai pemain, Gerard pun kembali lagi ke Barcelona. Pada 2015, pelatih bernama lengkap Gerard Lopez Segu itu resmi menangani Barcelona B yang bermain di Divisi Segunda B.
Sumber: Berbagai sumber
Advertisement