Bola.com, - Nada pesimistis dari sebagian pendukung Barcelona mencuat saat Ernesto Valverde ditunjuk menggantikan Luis Enrique sebagai pelatih anyar Barcelona pada 30 Mei 2017. Valverde memang bukan pelatih dengan nama besar dan rekam jejaknya selama melatih klub tidak mentereng.
Advertisement
Baca Juga
Sepanjang kariernya, Valverde lebih banyak dipercaya menangani tim papan tengah seperti Espanyol, Villarreal, dan Athletic Bilbao. Bisa dibilang, pencapaian terbaik Valverde sebagai orang di belakang layar saat memberikan lima gelar kompetisi domestik untuk klub Yunani, Olympiakos.
Kemampuan Valverde dalam meracik strategi pun lantas diragukan setelah debut kurang mengenakkan di Piala Super Spanyol. Menghadapi rival abadi, Real Madrid, Barcelona tidak berdaya hingga akhirnya takluk dengan agregat 1-5.
Situasi semakin sulit buat Valverde karena Barcelona kehilangan Neymar yang memilih hengkang ke Paris Saint-Germain dengan rekor transfer 222 juta euro. Tanpa Neymar di lini depan plus hanya mendatangkan beberapa pemain yang dianggap "kelas dua" seperti Paulinho dan Ousmane Dembele, tim Catalan diragukan bisa berbicara banyak di pentas domestik dan Eropa.
Kenyataannya, Valverde mampu menjawab semua keraguan tersebut. Nada pesimistis kini berubah menjadi pujian karena fleksibilitas pelatih berusia 54 tahun itu dalam meracik skema terbaik untuk Barcelona.
Valverde berani mengubah formasi 4-3-3 yang telah memberikan banyak gelar untuk Barcelona menjadi formasi 4-4-2. Formasi baru ini terbukti membuat Lionel Messi dan kawan-kawan tajam saat menyerang dan bagus dalam bertahan. Kondisi yang jarang terjadi untuk Barcelona yang menganut permainan ofensif.
Perubahan formasi tersebut membuat Barcelona lebih seimbang. Terbukti, Blaugrana belum menelan kekalahan di La Liga hingga pekan ke-24. Artinya, Valverde sukses melewati rekor tidak terkalahkan Barcelona yang sebelumnya dipegang oleh Pep Guardiola.
Barcelona | 2017-2018 | 2016-2017 |
Gol | 62 gol | 65 gol |
Kebobolan | 11 gol | 20 gol |
Akurasi Tendangan | 61% | 49% |
Akurasi Umpan | 87% | 86% |
Ball Possesion | 58% | 60% |
Seperti dapat dilihat pada tabel di atas, hingga pekan ke-24 La Liga 2017-2018 Lionel Messi dan kawan-kawan telah mencetak 62 gol dan kebobolan 11, sementara pada periode yang sama musim lalu catatan mereka adalah 65 memasukan serta 20 kemasukan.
Bahkan, jumlah kebobolan 11 gol merupakan yang paling sedikit untuk Barcelona pada periode yang sama dalam lima musim terakhir. Sebelumnya, catatan terbaik Barcelona adalah kebobolan 13 gol dari 23 pertandingan, pada musim 2014-2015.
Meski jumlah gol berkurang, tetapi akurasi tendangan justru meningkat drastis 49 persen pada musim lalu ke 61 persen. Berdasarkan tabel di atas, kita dapat menyimpulkan jika Barcelona bermain lebih efektif.
Lantas, apa saja yang menjadi kunci perubahan taktik Barcelona di bawah asuhan Ernesto Valverde? Simak pembahasan berikut sampai selesai ya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Skema Dasar
Di atas kertas, skema dasar Barcelona adalah 4-4-2 datar. Pemain yang biasa mengisi starting line-up adalah Marc-Andre ter Stegen, Nelson Semedo, Gerard Pique, Samuel Umtiti, Jordi Alba, Ivan Rakitic, Paulinho, Sergio Busquets, Andres Iniesta, Lionel Messi, dan Luis Suarez.
Akan tetapi, pada kenyataanya skema tersebut bisa berubah sesuai dengan situasi di lapangan. Perubahan formasi mengikuti strategi yang diterapkan oleh lawan di atas lapangan.
Sesuai dengan gambar di atas, pola akan berubah ketika Barcelona menyerang. Dua bek sayap Barcelona yang biasa diisi Semedo dan Alba akan bergerak naik membantu serangan.
Sementara itu, Busquets akan sedikit turun untuk menemani dua bek tengah yang biasa diisi Pique dan Umtiti. Sedangkan Rakitic dan Iniesta bergerak ke tengah sehingga formasi Barcelona terlihat seperti 3-5-2.
Kontribusi Alba dan Semedo untuk penyerangan terlihat dari akurasi umpan yang mereka berikan. Alba mencatatkan 88 persen umpan berhasil, sementara Semedo 87,9 persen.
Di sisi lain, formasi bakal kembali ke 4-4-2 ketika lawan menguasai bola. Luis Suarez bakal menjadi orang pertama yang menekan lawan.
Pada gambar di atas, Suarez bertugas membayangi bek lawan yang tengah menguasai bola dan menutup jalur operan. Hal itu membuat lawan memiliki pilihan mengoper yang terbatas sehingga para pemain Barcelona lebih mudah melakukan penjagaan.
Advertisement
Peran Sentral Paulinho
Kedatangan Paulinho dari Guangzhou Evergrande membuat Barcelona menjadi bahan ejekan pencinta sepak bola di sosial media. Cap pemain gagal melekat karena Paulinho tidak berkembang selama memperkuat Tottenham Hotspur 2013-2015.
Saat itu, Barcelona baru saja kehilangan penyerang andalan mereka, Neymar, yang hengkang ke Paris Saint-Germain. Perekrutan kompatriot Neymar di timnas Brasil itu dianggap bukan sebuah solusi untuk Blaugrana.
Kenyataannya, Paulinho, bisa menepis semua keraguan dan membuktikan diri kepada pihak yang meragukan kemampuannya. Hingga Februari 2018, Paulinho merupakan pencetak gol terbanyak ketiga Barcelona dengan koleksi delapan gol atau hanya kalah Lionel Messi dan Luis Suarez.
Berdasarkan catatan situs La Liga, Paulinho merupakan satu di antara gelandang paling seimbang dalam kompetisi tersebut. Paulinho punya kemampuan menyerang dan bertahan sama baiknya.
Kemampuan itu membuatnya biasa bermain sebagai gelandang box to box di Barcelona, sementara Rakitic berperan sebagai gelandang tengah, dan Iniesta menjadi pengatur serangan. Pemain berusia 29 tahun itu biasa bergerak tanpa lelah dari gawang ke gawang untuk membantu rekan-rekannya.
Juventus Optimistis Singkirkan Tottenham dari Liga Champions https://t.co/aVGTzzlHyv
— Bolacom (@bolacomID) February 18, 2018
Sebagai contoh, mari lihat pergerakan Paulinho ketika Barcelona menghadapi Espanyol pada Derby Barceloni. Berdasarkan heat map yang diambil dari situs resmi La Liga, pemain asal Brasil itu bergerak hampir di seluruh sisi lapangan.
Paulinho memang terkenal punya stamina yang bagus. Dalam skema Valverde, Paulinho biasa menusuk dari lini kedua untuk membantu para penyerang.
Kondisi tersebut menambah jumlah pemain Barcelona di kotak penalti lawan. Situasi itu sekaligus memecah konsentrasi lawan. Sang pemain juga melakukan tendangan dari luar kotak penalti, memberi kejutan para pemain tim lawan.
Kemampuan Terbaik Lionel Messi
Dalam strategi anyar Barcelona, Valverde bisa dibilang sukses mengeluarkan kemampuan terbaik Lionel Messi. Kapten timnas Argentina itu diberi kebebasan di atas lapangan dan berperan sebagai seorang trequartista.
Peran tersebut memungkinkan Messi untuk terbebas dari kewajiban bertahan ketika tim tidak sedang memegang bola. Namun, Messi tetap menjadi pusat serangan Barcelona ketika menguasai bola.
Contoh paling nyata adalah laga El Clasico melawan Real Madrid pada pekan ke-17 La Liga di Santiago Bernabeu. Berdasarkan catatan El Periodico, selama 90 menit berada di atas lapangan, Messi menghabiskan 83,1 persen di antaranya untuk berjalan.
Sementara itu, Messi melakukan jogging 10,8 persen. Penyerang berusia 30 tahun itu hanya menghabiskan 4,95 persen waktu di atas lapangan untuk berlari, sedangkan 1,15 persen lainnya melakukan sprint.
Data El Periodico terbukti lewat heat map yang diambil dari situs resmi La Liga di atas. Kapten timnas Argentina itu lebih banyak beroperasi di daerah pertahanan Real Madrid.
Dari heat map yang sama, kita dapat melihat Valverde memberikan kebebasan kepada Messi apabila Barcelona sedang menguasai bola. Rekan-rekan satu timnya juga tidak mempermasalahkan kebebasan yang diberikan kepada Messi karena dia terbukti bisa menjadi sumber gol Blaugrana.
Strategi tersebut berhasil membuat performa Messi ketika menyerang jauh lebih efektif. Sebagai perbandingan, mari lihat tabel yang datanya diambil dari situs Squawka ini:
Lionel Messi | 2017-2018 | 2016-2017 |
Gol | 20 gol | 20 gol |
Akurasi Tendangan | 59% | 59% |
Akurasi Umpan | 81% | 80% |
Menang Duel | 66% | 64% |
Dapat kita lihat bahwa Messi menciptakan lebih banyak peluang dibandingkan musim lalu pada periode yang sama. Selain itu, pemain berusia 30 tahun tersebut terlihat bermain lebih efektif.
Advertisement
Nasib Philippe Coutinho dan Ousmane Dembele
Skema 4-4-2 yang digunakan oleh Valverde sering digunakan sebelum Philippe Coutinho datang dan ketika Ousmane Dembele cedera. Pertanyaannya, di mana kedua pemain itu akan cocok ke dalam strategi tersebut?
Coutinho dan Dembele didatangkan Barcelona untuk melengkapi formasi lama 4-3-3 setelah Neymar hengkang. Nyatanya, beberapa kondisi membuat Valverde terpaksa mengubah strategi pada pertengahan musim.
Nasib Coutinho dan Dembele pun kini menjadi pertanyaan para penggemar Barcelona. Namun, bukan berarti tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan keduanya di dalam strategi anyar Valverde untuk memperlihatkan kemampuan terbaik.
Selain piawai bermain sebagai penyerang sayap, Coutinho juga punya kemampuan untuk bermain sebagai gelandang serang. Kelebihan tersebut membuat Coutinho bisa menjadi sosok yang tepat untuk bergantian dengan Iniesta menempati satu posisi di lini tengah.
Selain itu, Valverde juga mungkin saja memainkan Coutinho dan Iniesta berbarengan. Namun, formasi 4-4-2 saat ini akan berubah lagi menjadi 4-2-2-2 seperti yang biasa dipakai oleh RB Leipzig. Apabila Valverde memilih opsi tersebut, Rakitic bisa menjadi korban dalam skema tersebut.
Sementara itu, Dembele bisa menjadi pelapis untuk Messi atau Suarez. Penyerang asal Prancis tersebut memang punya kemampuan untuk bermain sebagai penyerang tengah.
Sebenarnya baik Coutinho maupun Dembele tidak perlu khawatir karena Valverde terkadang masih menggunakan formasi 4-3-3. Namun, yang pasti kedua pemain tersebut dapat menjadi tambahan amunisi berharga untuk Valverde.
Sumber: Berbagai sumber