Jakarta - Philippe Coutinho resmi dipinjamkan ke klub Bundesliga, Bayern Munchen selama satu musim. The Bavarian juga mendapat opsi pembelian saat musim berakhir.
Perkembangan karier Coutinho ini tidak mengejutkan. Sejak pertengahan musim lalu, dia sudah dinilai tidak lagi pantas membela Blaugrana. Coutinho tampak tersesat, bingung, tidak bisa memenuhi ekspektasi.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai pemain yang menyandang status rekor transfer klub, perjalanan karier Philippe Coutinho di Camp Nou ini sedikit mengenaskan. Pemain yang diharapkan bisa jadi bintang baru ternyata hanya bisa bertahan selama satu setengah musim.
Dua atau tiga tahun lalu, Coutinho layak dianggap sebagai pemain terbaik Liverpool. Dia bisa membelah pertahanan lawan dengan gerakan cepat, juga mencetak gol dari luar kotak penalti. Potensi inilah yang menarik minat Barcelona.
Nahasnya, Barcelona tidak pernah menyaksikan langsung Coutinho yang sama. Coutinho di Barca tampak seperti pemain yang berbeda dengan Coutinho di Liverpool. Kualitasnya, performanya, kepercayaan dirinya jauh di bawah standar yang seharusnya.
Marcelo Bielsa, salah satu pelatih senior di dunia sepak bola, pernah mengemukakan teori tentang perbedaan kualitas pemain di klub baru. Barca tidak salah saat membeli Coutinho, hanya selalu ada kejutan di balik transfer pemain.
"Anda boleh jadi melihat 100 video, menginvestigasi cederanya, riwayatnya, kehidupan pribadinya, menganalisis statistiknya secara mendalam," kata Bielsa dikutip dari Sport.
"Anda boleh mengetahui segalanya tentang dia, tapi ada satu variabel yang tidak bisa dikontrol: bagaimana dia bakal beradaptasi dengan habitat baru? Mustahil mengetahui itu sebab baginya itu adalah realitas baru, hal baru untuk semua orang yang tidak bisa dipahami sebelum kehadirannya."
Ya, Coutinho gagal beradaptasi. Setidaknya ada 4 langkah kegagalan Coutinho di Barcelona, yang pada intinya tentang bagaimana kenyataan tidak bisa memenuhi harapan.
Pengalaman Coutinho di Barcelona mengonfirmasi teori Bielsa. Terlepas dari investasi, bagaimana cara pembelian tersebut, penolakan Liverpool, dan kehadirannya pada Januari 2018, Coutinho membuat publik Barca mengharapkan sesuatu.
Barcelona mendatangkan pesepak bola kelas dunia dengan talenta luar biasa yang telah menjadi bintang di tim Jurgen Klopp. Pelatih Jerman iru pernah mencegah kepergian Coutinho, tapi tanpa hasil.
Meminta loyalitas Coutinho adalah satu hal yang sulit. Melihat riwayatnya, mungkin dia hanya setia pada kostum timnas Brasil.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Awal Menjanjikan
Coutinho mendarat di Camp Nou pada Januari 2018. Dia tidak bisa bermain maksimal pada paruh kedua musim itu, tidak bisa bermain di Liga Champions. Namun, kondisi itu dianggap menguntungkan Coutinho yang masih beradaptasi.
Pada laga pertamanya, Coutinho menimbulkan kesan bahwa dia memang terlahir untuk barcelona. Dia tampak nyaman dengan ekosistem baru, mencari ruang di lapangan.
Dia mulai mencetak gol dan menciptakan assists, untuk menjadi pemain penting. Kala itu, Coutinho mencetak delapan gol di La Liga dan dua gol di Copa del Rey.
Namun, tiba-tiba segalanya berubah. Coutinho masih belum mampu mencapai level sebaik yang dia tunjukan di Liverpool. Mungkin, sejak hari pertama sebagai pemain Barcelona, Coutinho merasa bahwa ada sesuatu yang salah.
Advertisement
Perubahan Rencana
Barcelona merayu Coutinho dengan segala jarah. Sebelum transfer tersebut, pihak Barca berjanji bahwa Coutinho bakal bermain di posisi Andres iniesta. Coutinho diproyeksikan sebagai penerus Iniesta.
Namun, Valverde punya rencana berbeda. Dia lebih sering memainkan Coutinho di sisi sayap. Valverde beberapa kali menurunkan Coutinho di pos sayap kanan.
Bahkan kepergian Andres Iniesta tidak mengubah situasi ini. Coutinho tidak bisa kembali bermain di posisi terbaiknya. Dia merasa tersesat, hilang arah, dan kehilangan rasa percaya diri.
Karakter Lemah
Bagaimanapun, masalah Coutinho tidak semuanya berhubungan dengan tugas di lapangan. Ketika segalanya berjalan keliru, beban pemain termahal dalam sejarah klub membuat Coutinho semakin kesulitan.
Coutinho tentu tidak senang dengan perubahan posisi. Dia sudah mencoba berbicara empat mata dengan Ernesto Valverde. Sayangnya, Coutinho tidak berani memaksa pelatih untuk memberikan posisi yang dia inginkan.
Lionel Messi dan Luis Suarez masih terus mendukung Coutinho, tapi tidak semua pemain Barca melakukannya. Beberapa pemain meminta Coutinho bekerja lebih keras di pusat kebugaran.
Namun, Coutinho tidak bisa merespons dukungan-dukungan tersebut. Ketika kariernya berjalan buruk, dia tidak punya karakter untuk menarik dirinya sendiri dari lubang masalah.
Sumber: Sport/Bola.net
Disadur dari: Liputan6.com (Marco Tampubolon, Published 19/08/2019)
Advertisement