Bola.com, Jakarta Transfer pertukaran pemain antara Barcelona dan Juventus yang melibatkan Arthur Melo dan Miralem Pjanic akhirnya rampung pada Senin (29/6/2020). Meski manuver kedua klub sudah santer berembus lama, publik tetap dibuat terkejut dengan transaksi itu.
Pertukaran pemain melibatkan dua pemain yang sama-sama beroperasi di sektor tengah, Miralem Pjanic dan Arthur Melo. Banyak yang meyakini kalau Juventus diuntungkan dalam proses pertukaran ini.
Baca Juga
Advertisement
Bagaimana tidak, mereka berhasil menyingkirkan Pjanic yang sudah berusia 30 tahun. Juventus juga mendapatkan Arthur yang berusia lebih muda dan diklaim memiliki potensi besar.
Mengapa pemain sepert Arthur yang diklaim memiliki gaya bermain seperti Xavi Hernandez, dilepas begitu saja oleh Barcelona? Arthur disebut-sebut merupakan salah satu korban dari bobroknya kebijakan transfer Barcelona.
Sejak kepergian Neymar pada 2017, Barcelona kerap bertindak sembrono dan terburu-buru di bursa transfer. Mereka tidak mempertimbangkan prospek jangka panjang dan hanya fokus mendatangkan bintang.
Perekrutan Ousmane Dembele dan Philippe Coutinho mungkin bisa dimaklumi, karena Barcelona membutuhkan pengganti Neymar dengan segera. Namun beberapa rekrutan mereka lainnya berada dalam taraf mengecewakan.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dimainkan Tak Sesuai Posisi Asli
Kebanyakan dari rekrutan Barcelona dimainkan pada sektor yang berbeda dari aslinya. Tengok saja Paco Alcacer serta Andre Gomes. Paco Alcacer dikenal sebagai seorang striker haus gol yang kerjanya menanti di kotak penalti.
Namun oleh Barcelona, pria berkebangsaan Spanyol itu justru dimainkan sebagai seorang winger. Ia juga seringkali terpinggirkan walau dalam beberapa kesempatan sukses menunjukkan performa yang gemilang.
Ia kerap dimainkan dalam laga-laga yang tak begitu penting guna mengistirahatkan Luis Suarez. Jelas, Liga Champions tak masuk dalam hitungan. Anehnya, saat tersingkir dari Liga Champions, Barcelona justru berlindung di belakang alasan 'pemain kunci sedang kelelahan'.
Lalu ada Andre Gomes, pemain yang sejatinya beroperasi di sektor tengah sebagai gelandang bertahan. Ia kehilangan kepercayaan dirinya setelah dimainkan sebagai bek sayap.
Kedua pemain ini sedang menikmati kesuksesannya selepas dari Barcelona. Paco Alcacer memecahkan serangkaian rekor di Borussia Dortmund, sementara Andre Gomes menjadi pemain penting di Everton.
Advertisement
Merekrut Pemain yang Diinginkan, Bukan yang Dibutuhkan
Masalah ini juga dialami Antoine Griezmann, yang direkrut dari Atletico Madrid seharga 120 juta euro. Pemain berdarah Prancis itu lebih familier dengan formasi dua striker. Namun di Barcelona, ia bermain sebagai penyerang sayap dalam formasi 4-3-3.
Posisi Griezmann kerap berganti-ganti. Ia pernah jadi winger, penyerang tengah, atau bahkan gelandang serang. Namun ia justru mencatatkan statistik apik kala mengejar pemain lawan dan membantu lini belakang.
Pada akhirnya, Barcelona hanya merekrut pemain yang diinginkan. Bukan yang mereka butuhkan.
Beberapa pemain muda kesulitan mendapatkan kepercayaan dari pelatih. Terlepas dari Carles Alena (di Real Betis), Riqui Puig, dan Ansu Fati yang sedang bersinar, jebolan La Masia lainnya tidak mendapatkan kesempatan yang signifikan.
Marc Cucurella dilepas ke Getafe seharga 6 juta euro, sementara Carles Perez didepak ke AS Roma kendati tampil apik pada beberapa kesempatan. Jean-Clair Todibo dipinjamkan meskipun mereka kekurangan sosok pengganti untuk Gerard Pique yang rentan cedera.
Melepas pemain muda secara ceroboh membuat Barcelona harus melakukan perekrutan yang tergesa-gesa. Contohnya saja Kevin-Prince Boateng, yang direkrut sebagai pinjaman dari Sassuolo musim lalu. Pada musim ini, mereka merekrut Martin Braithwaite karena kekurangan pelapis untuk Luis Suarez.
Sekarang, Barcelona dihuni oleh pemain yang sudah mulai berumur, sebagian pemain bintangnya sudah mencapai usia 30-an tahun. Ini dipadukan dengan pemain muda bertalenta yang tak kunjung diuji coba, sementara regulasi FFP terus mengintai mereka.
Masa depan Barcelona kini sedang berada di ujung tanduk. Mungkinkah mereka bernasib seperti AC Milan? Bisa jadi. Namun untuk sekarang, Barcelona masih punya waktu untuk kembali ke jalan yang lurus.
Sumber: Sportskeeda
Disadur dari: Bola.net (Penulis Yaumil Azis, published: 30/6/2020)