Bola.com, Jakarta - Sejak Lionel Messi memenangi gelar Ballon d'Or keenamnya pada Desember tahun lalu, spekulasi mengenai akhir kariernya di Barcelona sebetulnya sudah menyeruak. Akhir musim ini, segalanya menjadi terlihat sangat nyata.
Lionel Messi akan segera meninggalkan Barcelona, bentuk kekecewaan tertinggi sang megabintang. Musim 2019/2020 kemarin merupakan puncak kesabaran La Pulga.
Baca Juga
Advertisement
Banyak hal yang membuat Lionel Messi gerah di Barcelona. Mulai dari masalah internal, pemecatan dua pelatih, hingga penutupan musim tanpa satupun trofi.
Padahal, nyaris tiap musim ia selalu mencetak rekor demi rekor, menjadikannya pesepak bola jenius dalam satu dekade terakhir.
Apa yang dialami Barcelona dalam beberapa musim belakangan ini seakan memantik bara api yang sudah panas. Pada 2018/2019 misalnya, meski menang La Liga, mereka tumbang menyesakkan atas Liverpool pada semifinal.
Setelah itu, Barcelona juga dihajar Valencia 1-2 pada ajang Copa del Rey. Musim ini jadi yang terparah, dan kesabaran Lionel Messi sudah mencapai puncaknya.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dipermalukan Bayern Munchen
Andai saja Barcelona bisa memenenagi trofi Liga Champions, mungkin gelar juara tersebut bisa mendinginkan hati Lionel Messi.
Ya, Messi memang gerap dengan banyaknya persoalan di internal Barcelona. Ia disinyalir kerap bersitegang dengan Presiden Josep Maria Bartomeu.
Bartomeu berkali-kali berjanji bakal membentuk tim terbaik untuk Messi, tapi janji itu tak pernah ditepati. Messi masih saja seorang diri memikul beban tim, yang sepertinya mulai membuatnya kelelahan.
Akibatnya, kekuatan Barcelona timpang dari berbagai lini. Puncaknya adalah ketika Blaugrana dibantai Barcelona 2-8 dari Bayern Munchen pada perempat final Liga Champions.
Ini adalah kali kedua Barcelona dibobol delapan gol sejak 1946. Saat itu, Sevilla menghajar Barca 8-0 pada Piala Spanyol.
Hasil ini membuat Barcelona menyudahi musim 2019/2020 tanpa satupun gelar. Sebelumnya, mereka kandas di La Liga dan Copa del Rey.
Advertisement
Tak Tergantikan
Barcelona bersikeras di masa lalu bahwa mereka memiliki rencana untuk mengatasi pensiunnya Messi, kapan pun itu terjadi, tetapi kenyataannya adalah pemain bernomor 10 itu tidak tergantikan.
Dia telah menghabiskan seluruh karier profesionalnya bersama Barcelona, memenangkan 33 trofi, termasuk 10 La Liga, empat Liga Champions, tiga Piala Dunia Antarklub, dan enam Piala Spanyol.
Sama efektifnya, baik itu sebagai playmaker atau pencetak gol mematikan, Messi memegang rekor untuk gol terbanyak dan hat-trick terbanyak di La Liga dan telah mencetak lebih dari 700 gol untuk klub dan negara.
Tapi tahun terhebatnya sudah lama sekali. Pada musim 2011-12, di bawah Guardiola, ia menjadi pencetak gol terbanyak Barcelona sepanjang masa pada usia hanya 24 tahun, memecahkan rekor 232 gol Cesar Rodriguez yang telah berdiri selama 57 tahun.
Tahun itu Messi mencetak rekor gol di La Liga, yakni 50 gol menjadi yang terbaik di Eropa dengan total lesakkan 73 gol, memecahkan 67 gol Gerd Mueller yang dicetak di musim 1972/1973.
Hampir satu dekade kemudian, Messi masih menyimpan ambisi yang belum terpenuhi, termasuk mahkota Liga Champions lainnya dan trofi utama yang sulit dipahami bersama Argentina untuk menambah emas Olimpiade 2008.
Dengan waktu yang hampir habis dalam karir yang telah mencatat rekor enam Ballon d'Or dan enam Sepatu Emas, itu adalah faktor utama dalam meyakinkannya untuk mengakhiri hari-hari bermainnya di Barcelona, klub yang telah menjadi rumahnya sejak ia tiba sebagai pemain berusia 13 tahun.