Sukses


Liga Spanyol: 7 Dosa Besar Ronald Koeman di Barcelona, Nasibnya Benar-benar di Ujung Tanduk

Bola.com, Barcelona - Masa depan Ronald Koeman sebagai pelatih Barcelona benar-benar sudah di ujung tanduk. Mungkin hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya dari pemecatan. 

Nasibnya tergantung pada seutas benang yang dipegang Presiden Barcelona, Joan Laporta, dan anggota dewan klub lainnya. Mereka yang akan mempertimbangkan langkah terbaik untuk Ronald Koeman.

Rasa malu terbaru datang menampar Barcelona dalam bentuk kekalahan 3-0 dari Benfica di Liga Champions. Mengingat kompetensi Koeman sudah dipertanyakan oleh beberapa orang di klub, itu mungkin hasil terburuk yang bisa didapat pemain Belanda itu.

Ronald Koeman telah dikritik dan disorot karena berbagai alasan. Tetapi tujuh dosa besar ini membawanya ke jurang ini tidak mungkin diabaikan. Apa sajakah itu? 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 8 halaman

1. Menyerang Pemain

Ronald Koeman tidak ragu untuk menyatakan secara terbuka bahwa pasukannya melemah selama musim panas, menyoroti fakta beberapa pemain muda lebih berkomitmen daripada para veteran.

Dia kritis setelah pertandingan, mencela para pemainnya karena kehilangan peluang dan kehilangan konsentrasi dan dia melakukannya lagi di Lisbon pada ajang Liga Champions.

"Kami juga harus menuntut lebih dari para pemain, di gol pertama kami tidak bisa membiarkan pemain lawan masuk dengan mudah, Barcelona hari ini bukan yang delapan tahun lalu."

Komentar ini tidak membuatnya disayangi para pemain akhir-akhir ini.

 

3 dari 8 halaman

2. Ubah Sistem dan Melawan Gaya Tradisional Barcelona

Pola 4-3-3 belum tersentuh oleh Koeman yang sering memilih formasi 4-2-3-1 atau bahkan yang menggunakan lima pemain di pertahanan.

Permainan kombinasi tahun-tahun sebelumnya telah menghilang di beberapa pertandingan, terutama hasil imbang dengan Granada saat Los Cules melakukan 54 umpan silang.

Sekali lagi, pelatih asal Belanda itu menyalahkan para pemainnya. "Tidak ada pemain untuk tiki-taka."

 

4 dari 8 halaman

3. Tak Harmonis dengan Joan Laporta

Sejak awal sudah jelas bahwa presiden klub, Joan Laporta, dan pelatih memiliki hubungan yang sulit. Dalam kampanye pemilihannya, Laporta mengisyaratkan keraguan atas kesesuaian pelatih asal Belanda itu dengan posisinya.

Bahkan pada musim panas 2021, presiden memberi tahu Koeman bahwa dia sedang mencari opsi pelatih alternatif.

Awal musim yang tidak konsisten tidak terbantu oleh kebocoran dan gangguan terus-menerus dari Laporta.

 

5 dari 8 halaman

4. Pesimistis

Pelatih meyakinkan para penggemar dirinya realistis dengan ambisi yang dimiliki timnya. Tetapi kehati-hatiannya saat menetapkan tujuan ini diterima dengan sangat buruk oleh dewan dan para pemain.

"Di Liga Champions Anda tidak bisa mengharapkan keajaiban, mempertahankan posisi liga yang tinggi akan menjadi sukses," kata Koeman. 

 

6 dari 8 halaman

5. Terlalu Pasrah dengan Kondisi Klub

Koeman menerima semua batasan dan keterbatasan klub karena situasi ekonomi yang buruk. Dia mengerti harus menjual pemain dan setiap perekrutan harus dilakukan dengan status bebas transfer.

Dia dengan lemah lembut menerima kepergian Lionel Messi, Antoine Griezmann, Emerson Royal meskipun keputusan itu telah membuatnya memiliki di tim yang jauh lebih lemah.

 

7 dari 8 halaman

6. Tak Tahu Cara Menginterfensi

Meski mendapat tekanan dari beberapa pihak, termasuk Laporta, tentang bagaimana harus melatih tim, Koeman tetap teguh.

Dia menganggap bahwa ada pemain yang lebih pantas mendapatkan menit bermain daripada Samuel Umtiti dan Riqui Puig, meskipun ada dorongan dari atas untuk memainkan mereka.

 

8 dari 8 halaman

7. Bikin Perjudian yang Gagal

Perekrutan Luuk de Jong adalah pertaruhan pribadi atas nama Koeman dan pemain depan Belanda itu gagal tampil mendekati standar yang diharapkan darinya.

Koeman memberinya kepercayaan dan menit tanpa hadiah tetapi juga membuat keputusan taktis yang dipertanyakan selama pertandingan.

Menempatkan Eric Garcia sebagai bek tengah kanan melawan Benfica yang kemudian harus ia ubah adalah salah satu contohnya, sekaligus perombakan posisi Frenkie de Jong.

Sumber: Marca 

 

 

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer