Bola.com, Jakarta - Nama Xavier Hernández Creus menjadi yang paling banyak disebut kalangan media dan publik untuk menjadi pelatih Barcelona. Status legenda, alumni La Masia dan tergolong sukses di Qatar, membuatnya punya kans besar menangani sang raksasa yang sedang tenggelam.
Saat ini, belum ada agenda apapun terkait pertemuan manajemen Barcelona dan pihak Xavi Hernandez. Pada sesi latihan perdana kemarin, pasukan Barcelona dipimpin duet Sergi Barjuan dan Felip Ortiz.
Baca Juga
Advertisement
Sosok Xavi Hernandez terus mengemuka setelah beberapa pihak berkomentar terkait kemampuan dan tradisi pelatih muda di Barcelona. Yup, Xavi dianggap tepat karena berusia 41 tahun, dan memiliki pola karier yang nyaris sama seperti Pep Guardiola.
Satu pertanyaan yang menggelitik sejak nama Xavi muncul ke permukaan sebagai calon pengganti Ronald Koeman adalah pola permainan. Gara-gara rasa penasaran, beberapa media Spanyol mengirimkan perwakilan mereka untuk melihat secara langsung sistem kerja Xavi dalam menangani Al Sadd, klub raksasa Qatar.
Pada posisi sekarang, Xavi sedang di atas angin. Maklum, timnya berstatus juara QSL 2021. Warna permainan Xavi mendapat pujian dari berbagai pihak. Momen tepat datang, karena tahun ini masa kontrak kerja Xavi di Al Sadd berakhir.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ciri Khas
Lalu bagaimana ciri permainan ala Xavi Hernandez, terutama selama berkarier di Qatar?. "Menguasai bola adalah cara terbaik bertahan. Pasukanku selalu ingin menghancurkan lawan dengan penguasaan bola,". Itulah kalimat yang biasa terdengar dari mulut Xavi selama dua tahun berkarier di Al Sadd.
Oleh karena itu, sudah jelas kalau arahan utama eks playmaker Barcelona dan Timnas Spanyol tersebut adalah penguasaan bola selama mungkin. Hal yang identik dengan taktik Pep Guardiola selama di Barcelona.
Strategi lain yang selama ini menjadi ciri khas Xavi di Al Sadd adalah pergerakan pemain sayap yang melebar. Secara teknis, Xavi ingin memanfaatkan secara maksimal lebar lapangan dengan memainkan pola sayap ke sayap.
Artinya, pergerakan bola akan dinamis antarsayap, dengan playmaker sebagai jembatan di area tengah. Pemain sayap juga mendapat kesempatan untuk berkreasi di antara mereka sendiri, baik berpindah area maupun bekerja sama dengan fullback.
Bersama Al Sadd, pola ala Xavi ini identik dengan keberhasilan mengangkat nama Akram Afif. Bintang muda Al Sadd ini berhasil menjadi pemain terbaik Qatar, setelah beroperasi ciamik di area kiri dan kanan.
Advertisement
Jalan Sayap
Jika Xavi terealisasi menjadi pelatih Barcelona, hampir dipastikan sang pelatih akan menghancurkan lawan via jalan yang sama, yakni maksimalisasi sektor sayap non-tradisional.
Sinyal lain yang akan dibawa Xavi adalah menekan lawan secara rapat di garis tinggi. Artinya, saat kehilangan kendali atau bola lepas, seluruh pemain berstatus bek alias bertahan. Bedanya, sistem pertahanan bermodel menekan di area tinggi alias jauh dari garis sendiri.
"Semakin banyak kami mengembalikan penguasaan bola, semakin cepat kami mendekat ke area kotak penalti lawan," kata Xavi. Puncak dari beragam taktik tersebut adalah permainan dengan model pergerakan posisi.
Hal tersebut menjadi faktor kunci Barcelona, yang berarti Xavi tetap akan memertahankan DNA tersebut jika kembali ke Camp Nou. Arti lain, Xavi siap mengadopsi apa yang didapat dari sang guru, Pep Guardiola.
"Saya ingin setiap orang menikmati permainan timku. Ini adalah polaku, dan tentu saja kami bisa membuat sakit lawan," tegas Xavi. Jadi, sudah siap nih merasakan panasnya duduk di kursi Barcelona?, kita tunggu saja.
Sumber : The Watches, Marca