Bola.com, Jakarta - Ada pepatah "Menyesal kemudian tak ada artinya". Wejangan bijak itu sangat pas tertuju kepada raksasa Catalan, Barcelona. Bagaimana tidak, keputusan melepas sejumlah pemain ke klub lain malah belakangan membuat Blaugrana nelangsa.
Ironisnya, pilar yang dilepas justru pemain bintang yang memiliki totalitas dan loyalitas tak perlu lagi diragukan seperti Yaya Toure, Michael Laudrup dan Thiago Alcantara.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda
Advertisement
Tiga nama tersebut tak hanya idola dan panutan, tapi juga pahlawan yang sangat dicintai publik Camp Nou. Mau tahu bagaimana kisahnya? Yuk, kita kembali menoleh ke belakang sebentar.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Yaya Toure
Yaya Toure meninggalkan Barcelona sebagai pemenang Liga Champions. Kualitas Toure tidak pernah diragukan, karena gelandang kuat itu masih menjadi penggerak penting dari lineup Barca dalam empat tahun yang ia habiskan di Camp Nou.
Namun, Pep Guardiola lebih senang memainkan Sergio Busquets dalam peran lini tengah yang cenderung bermain bertahan. Tak senang dengan kebijakan Guardiola, Toure memilih cabut ke Liga Inggris dan merumput bersama Manchester City.
Â
Advertisement
Sukses Besar
Dalam balutan jersey The Citizens, pemilik paspor Pantai Gading itu tampil ganas trengginas. Toure sepertinya ingin membuktikan kalau Guardiola telah melakukan kesalahan besar.
Toure sukses menjadikan Premier League sebagai ajang pembuktian. Dia menggabungkan insting pertahanannya untuk menyerang, sekaligus menjadi gelandang paling lengkap di dunia pada waktu itu.
Di Inggris, Toure banjir sanjungan. Pendukung Man City menunggu aksinya di setiap laga. Dia dielu-elukan dan kemudian menjadi legenda.
Â
Michael Laudrup
Michael Laudrup adalah bagian dari Dream Team Barcelona. Laudrup bergabung dengan Barcelona pada 1989. Saat itu mereka sedang berjuang membangun tim yang hebat di bawah asuhan legenda Belanda, Johan Cruyff.
Selain Laudrup, Barca juga dihuni pemain top macam Romario, Ronald Koeman, Hristo Stoichkov, dan Pep Guardiola. Tak butuh waktu lama, Laudrup dengan cepat menjadi bagian dari 'Tim Impian' yang memenangkan empat gelar La Liga berturut-turut dari 1991 hingga 1994.
Â
Advertisement
Selisih Paham
Laudrup dkk memainkan gaya sepak bola yang identik dengan Barcelona saat ini. Ada kesedihan yang mendalam ketika Laudrup mengumumkan akan pergi. Berada di tengah rasa emosi, dia lantang kalau dirinya ingin Real Madrid yang notabene merupakan bebuyutan Barca.
Selidik punya selidik, kemarahan Laudrup meledak lantaran berselisih dengan Cruyff. Sang bintang jengkel lantaran Cruyff tak memainkannya di final European Cup 1994.
Â
Balas Dendam?
"Orang-orang mengatakan saya ingin pergi ke Real Madrid hanya untuk membalas dendam. Balas dendam? Saya memiliki lima tahun yang fantastis di Barcelona", katanya.
"Saya pergi ke Madrid karena mereka sangat lapar untuk menang, dan mereka memiliki empat atau lima pemain yang pergi ke Piala Dunia. Saya mengatakan ini akan sempurna; pelatih baru, pemain baru, dan lapar untuk menang", imbuhnya.
Â
Advertisement
Thiago Alcantara
Fans Barcelona menyukai Thiago Alcantara dan jatuh hati kepadanya. Sial bagi Thiago, dia tak pernah mendapat kesempatan yang pantas.
Dia kalah bersaing dengan Xavi dan Andres Iniesta yang dianggap lebih penting dari darinya. Namun produk La Masia itu tetap setia.
Lalu, Cesc Fabregas datang dan posisi Thiago kian terpojok. Sedih, kecewa, bercampur jadi satu. Dia dibangkucadangkan, sementara Fabregas kerap masuk line up utama.
Â
Tawaran Langsung
Ketika Guardiola menawarkan Thiago kesempatan bermain dengan Bayern Munchen, Thiago tak menampik. Ia meninggalkan Barcelona di musim panas 2013. Bayern membelinya dengan harga 25 juta euro atau setara Rp 419 miliar.
Bersama Die Roten, pemain buangan itu berkembang pesat. Dia menjadi roda penggerak paling vital di lini tengah. Nun jauh di Camp Nou, Barcelona malah berjuang membuang Fabregas.
Melihat kenyataan itu, penggemar semakin patah hati. Fabregas yang diharapkan bisa bersinar malah melempem. Thiago justru disanjung di kampung orang.
Advertisement