Informasi Pribadi
- ProfesiManajer Sepakbola
- Nama LengkapJosep Guardiola Sala
- Tempat LahirSantpedor, Spanyol
- Tanggal Lahir18 Januari 1971
- KebangsaanSpanyol
- KlubManchester City
- PosisiManajer
- Tinggi/Berat Badan180/76
- PasanganCristina Serra
Karier sebagai Pemain Sepak Bola
- FC Barcelona U-160 main, 0 gol (1984-1987)
- FC Barcelona U-180 main, 0 gol (1987-1988)
- FC Barcelona U-190 main, 0 gol (1988-1990)
- FC Barcelona B1 main, 0 gol (1990-1992)
- FC Barcelona384 main, 12 gol (1990-2001)
- Brecia Calcio25 main, 3 gol (2001-2002)
- AS Roma6 main, 0 gol (2002-2003)
- Brecia13 main, 1 gol (2003)
- Al-Ahli12 main, 2 gol (2003-2005)
- Dorados10 main, 1 gol (2005-2006)
Karier sebagai Pemain Tim Nasional
- Spanyol U-212 main, 0 gol (1991)
- Spanyol U-2312 main, 2 gol (1991-1992)
- Spanyol47 main, 5 gol (1992-2001)
- Catalunya7 main, 0 gol (1995-2005)
Karier sebagai Manajer Sepak Bola
- FC Barcelona BPelatih (2007-2008)
- FC BarcelonaPelatih (2008-2012)
- Bayern MunchenPelatih (2013-2016)
- Manchester CityPelatih (2016-Sekarang)
Josep Guardiola merupakan eks pemain sepak bola asal Spanyol yang kini berkarier sebagai pelatih. Pria yang bernama lengkap Josep Guardiola Sala itu memiliki karier yang cukup cemerlang, baik saat masih aktif bermain ataupun ketika menjadi pelatih. Pep Guardiola menghabiskan sebagian kariernya sebagai penggawa Barcelona dan memenangkan banyak gelar bersama La Blaugrana.
Ia termasuk ke dalam skuat dream team yang bermain di bawah asuhan Johan Cruyff pada dekade 90-an. Selain itu, ia juga mengemban ban kapten kala memasuki empat musim terakhirnya bersama Barcelona. Sebagai gelandang bertahan, Pep memiliki peran vital untuk menjaga keseimbangan permainan. Ia mampu menjadi pengangkut air, pemotong serangan lawan, hingga pengumpan dari tengah lapangan.
Berkat kepiawaiannya mengolah Si Kulit Bundar, Pep bisa mengantarkan Barcelona mencicicpi gelar La Liga sebanyak enam kali, Piala Super Spanyol sebanyak empat kali, Copa del Rey sebanyak dua kali dan menjadi jawara pada ajang Liga Champions pada musim 1991/1992.
Setelah mencicipi banyak asam garam di dunia sepak bola, Pep memutuskan untuk gantung sepatu pada tahun 2006. Klub yang terakhir ia bela adalah klub asal Meksiko, Dorados de Sinaloa selama semusim. Pasca berhenti sebagai pemain sepak bola, Pep tampaknya tidak ingin berjauhan dengan rumput lapangan hijau ataupun Si Kulit Bundar yang telah membesarkan namanya.
Hingga pada tahun 2007 Pep memutuskan kembali untuk merumput ke lapangan hijau, tetapi bukan sebagai pemain, melainkan sebagai seorang pelatih yang setia berdiri di pinggir lapangan. Bagi Pep, Tak butuh waktu lama baginya untuk mencari klub yang mau meminang jasanya. Ia langsung diangkat menjadi pelatih Barcelona B pada bulan Juli 2007 dan diberi kontrak selama semusim.
Seorang Pelatih Cerdas
Pasca menukangi Barcelona B selama semusim, Pep mendapatkan promosi untuk melatih tim Barcelona senior pada musim 2008. Ia menggantikan posisi Frank Rijkaard yang dinilai kurang layak dan tidak bisa menghadirkan banyak gelar bagi La Blaugrana. Bagi seorang pelatih pemula, sejatinya musim pertama menjadi musim yang sangat berat, sebab banyak tekanan yang datang dan pergi apabila penampilan tim inkonsisten.
Namun, berbeda untuk Pep, ia mampu membuktikan kemampuan briliannya untuk meracik komposisi pemain yang sesuai. Ia langsung menghadirkan tiga gelar bergengsi di musim pertamanya bersama Barcelona, mulai dari La Liga, Copa del Rey dan membawa pulang trofi Liga Champions. Pep juga dinobatkan sebagai pelatih termuda yang bisa menyabet gelar juara Liga Champions pada umur 37 tahun.
Sukses dengan Tiki-Taka
Teknik permainan tiki-taka sangat identik dengan gaya permainan yang diterapkan Pep ketika menahkodai Barcelona. Ia mampu menyempurnakan teknik umpan pendek dari kaki ke kaki ini menjadi pola permainan yang mematikan. Melalui trio Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Sergio Busquets, tiki-taka menjadi momok yang menakutkan bagi siapa pun lawan yang bertemu La Blaugrana.
Di era sepak bola modern, Pep juga menjadi sosok penting yang mempopulerkan teknik tiki-taka. Ia bisa membuktikan keefektifitan pola permainan tersebut melaluii umpan-umpan pendek. Terlebih, di Barcelona ada sosok Lionel Messi yang bisa memanfaatkan segala peluang yang diciptakan oleh para pemain dari pelbagai sisi lapangan.
Tantangan Baru
Empat musim menahkodai Barcelona, Pep mampu menyabet segudang gelar bergengsi sejak awal karier kepelatihannya. Rasa jenuh dan bosan mulai melanda pria kelahiran 1971 itu. Akhirnya ia memutuskan untuk rehat sejenak dari dunia sepak bola dan mencopot statusnya sebagai pelatih Barcelona pada tahun 2012.
Rehat yang diambil Pep tampaknya cukup singkat, ia memutuskan untuk hengkang ke Bundesliga dan menukangi Bayern Munchen sebagai pelabuhan baru pada tahun 2013. Meski baru pertama kali singgah di daratan Jerman, Pep tidak butuh waktu lama untuk memberikan gelar. Tak tanggung-tanggung, empat gelar juara sekaligus bisa dihadirkan Pep pada tahun pertamanya di Kota Munchen.
Robert Lewandowski dan kawan-kawan berhasil meraih gelar juara Bundesliga, DFB-Pokal, UEFA Super Cup dan FIFA Club World Cup di tahun 2013, tahun perdana Pep menginjakan kaki di Allianz Arena.
Puas meraih banyak gelar di Bundesliga, Pep kembali mencari suasana baru pada pertengahan tahun 2016. Pep memutuskan hengkang ke Inggris dan berlabuh bersama Manchester City. Sama seperti sebelumnya, Pep tak membutuhkan waktu lama untuk menghadirkan gelar bagi The Citizens, Pep mampu memberikan gelar juara Liga Inggris dan Piala Liga Inggris di musim keduanya menukangi Manchester City.
Puasa Gelar Liga Champions
Pep terakhir kali merasakan gelar juara Liga Champions saat masih menukangi Barcelona. Saat menahkodai Die Roten dan menukangi The Citizens kini, Pep belum pernah merasakan kembali gelar juara bergengsi tersebut. Tampaknya Pep belum bisa menemukan pola permainan terbaik pasca meninggalkan La Blaugrana. Termasuk menerapkan pola permainan tiki-taka di klub-klub lain selain Barcelona.