Bola.com, Jakarta - Sosok kiper jangkung, Choirul Huda, terbilang awet bersama Persela Lamongan. Masuk skuat senior Persela pada 1999, hingga kini kiper gaek berusia 36 tahun tetap setia bersama klub berjulukan Laskar Joko Tingkir.
Pemain asli binaan Persela ini memilih tetap membela tim tanah kelahirannya. Padahal, tawaran menggiurkan dari klub-klub yang punya nama besar kerap datang setiap kali bursa transfer dibuka pada awal musim kompetisi.
Sriwijaya FC termasuk klub yang tertarik meminang Choirul Huda pada 2013. Alih-alih tergoda, kiper yang kerap dipanggil mengikuti pelatnas timnas itu memilih bertahan di Persela.
Advertisement
Baca Juga
Choirul Huda melewatkan kesempatan bergabung dengan tim besar karena sudah "cinta mati" dengan Persela. Hal itu bisa dimaklumi mengingat sang kapten sudah memperkuat klub yang identik dengan warna biru langit sejak masih bermain di Divisi Dua.
"Insya Allah tawaran banyak. Sempat ada keinginan untuk pergi juga, namun begitu saya ingat semua hal di Persela, saya mengurungkan niat itu. Lagi pula, sejak pertama kali (awal karier) saya sudah mengidolakan Persela," kata pria yang juga PNS di Pemkab Lamongan ini.
Bersama Persela, Choirul Huda juga sudah merasakan pahit dan manis karier sebagai pesepak bola. Mulai membawa Persela mengukir prestasi di kompetisi Tanah Air, hingga harus menerima kenyataan klub yang dicintainya itu mengalami krisis finansial tahun 2012.
Bersama klub yang berdiri 18 April 1967, Choirul Huda berhasil merasakan lima kali juara Piala Gubernur Jawa Timur hingga membawa Persela finis di posisi keempat klasemen akhir ISL musim 2011-2012.
Beragam catatan manis itu membuat nama Choirul Huda kerap mendapatkan panggilan masuk ke timnas, terlepas dari siapapun pelatihnya. Meski, hingga kini, kiper yang sudah mengabdi selama 16 tahun berkostum Persela itu belum menjadi pilihan utama di bawah mistar tim Merah-Putih.
"Persela bisa lima kali juara Piala Gubernur Jatim, itu momen terpenting dan paling berkesan buat saya," ia menuturkan.
"Memang pernah ada kendala soal dana, tapi Persela tetap berkomitmen untuk membayar. Biar sedikit, tapi bisa mengatasi masalah (krisis finansial) ini," katanya melanjutkan.
Choirul Huda bisa memaklumi krisis finansial yang pernah menimpa Persela seiring disetopnya aliran dana dari APBD untuk mendanai klub profesional. Pasalnya, bukan hanya Persela yang mengalami masalah krisis pendanaan ini.
Satu yang pasti, bagi pemain kelahiran Lamongan, 2 Juni 1979, Persela adalah segalanya. Klub kebanggaan LA Mania itu bukan hanya sekadar klub yang ia perkuat untuk mencari nafkah sebagai pesepak bola.
"Persela biar tim kecil, namun rasa kekeluargaannya besar. Selama Persela ada, Insya Allah saya akan tetap main di sini," ucap Choirul Huda berjanji.
Kini, dengan usianya yang tidak muda lagi, pria yang sudah menjadi PNS sejak 2002 ini masih punya mimpi yang besar. Ia bertekad membawa Persela kembali menjadi kuda hitam dalam persaingan di Torabika Soccer Championship presented by IM Ooredoo, seperti yang pernah terjadi musim 2011-2012.
Peluang ke arah sana terbuka mengingat format kompetisi TSC 2016 memakai sistem satu laga kandang dan satu laga tandang. Modal lain yang bisa menguatkan keyakinan Choirul Huda adalah keangkeran Stadion Surajaya bagi tim-tim tamu.
"Insya Allah saya usahakan Persela tetap bisa (menjadi tim kuda hitam)," katanya mengakhiri pembicaraan.