Bola.com, Jakarta Duel Persipura Jayapura melawan Persija Jakarta pada laga perdana Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo di Stadion Mandala, Jayapura, Jumat (29/4/2016) tak lepas dari duel dua kapten yang menjadi bendera klub, Boaz Solossa dan Ismed Sofyan.
Boaz dan Ismed menjadi pemain paling berpengaruh di masing-masing tim saat ini. Keduanya merupakan pemain senior yang telah lama menghuni tim. Namun, meski sama-sama menjadi panutan, tapi keduanya mempunyai hal-hal yang berbeda, khususnya dalam hal prestasi di Liga Indonesia.
Boaz adalah putra asli Papua yang memang berangkat dari sistem pembinaan sepak bola Papua melalui tim PON Papua. Melalui tim tersebut, adik kandung dari bintang Mutiara Hitam, Ortizan Solossa ini menjadi idola sepak bola Indonesia saat dirinya memperkuat timnas Indonesia U-19.
Kehadirannya di jagat sepak bola Indonesia kala itu membuat harapan masyarakat Papua akan hadirnya kembali legenda klub, Timo Kapisa, menjadi kenyataan. Banyak masyarakat sepak bola Papua melihatBoaz adalah titisan dari sang legenda.
Advertisement
Baca Juga
Label sebagai The Next Timo Kapisa ternyata terbukti. Nama Boaz cepat meroket karena gaya bermainnya yang lugas, cepat dan insting membunuhnya yang luar biasa membuat ia dengan cepat berkarir di timnas senior. Tak hanya di timnas, Boaz muda juga mempersembahkan gelar juara bagi Persipura Jayapura saat dirinya masih berusia 18 tahun pada musim kompetisi 2005.
Tak hanya berhenti di tahun 2005, Boaz juga meroket menjadi kapten tim Persipura dan membawa Mutiara Hitam menjuarai Indonesia Super League pada musim 2008–09, 2010–11, 2013. Sebuah prestasi 12 tahun yang apik dari Boaz untuk klub kesayangannya.
Kini setelah kembali ke Persipura dari klub Timor Leste, Carase FC, Boaz bertekad untuk bisa mengembalikan nama besar Persipura di percaturan sepak bola Indonesia. Kehadiran kembali Boaz disambut gegap gempita dan rasa gembira oleh insan sepak bola Papua. Boaz lebih dari seorang kapten di Persipura.
Prestasi tersebut berbanding terbalik dengan Ismed Sofyan di Persija. Pemain asal Aceh itu datang ke Jakarta pada tahun 2001 dengan membela Persijatim Jakarta Timur. Permainannya yang apik sebagai bek sayap kanan membuatnya dilirik saudara tua Persijatim, yakni Persija Jakarta.
Di Persija, Ismed sudah membela klub kebanggan warga Ibu Kota itu selama 14 tahun. Akan tetapi, Ismed hingga saat ini belum merasakan gelar juara bersama Persija. Hal yang kontras jika dibandingkan dengan Boaz yang sudah 12 tahun memperkuat Persipura dengan torehan empat kali juara.
Namun, meski belum merasakan gelar juara primer bersama Persija, pemain yang identik dengan nomor 14 tahun itu masih menjadi andalan Macan Kemayoran hingga detik ini. Fisiknya yang masih prima di usia 36 tahun dan umpan-umpan crossing yang masih berbahaya ditambah pengalamannya sebagai pemain senior menjadikan Ismed salah satu pemain yang dihormati pemain muda Persija.
Baik Persipura dan Persija era ini menjadi klub dengan idealisme pemain muda. Bahkan di kubu Si Merah-Putih, pelatih Paulo Camargo sangat mempercayakan pemain muda di tatanan pemain intinya. Tentu di situasi saat ini, kehadiran pemain senior berpengalaman seperti Boaz dan Ismed sangat dibutuhkan tim dalam membimbing skuat muda.
Keduanya akan berduel di laga pembuka TSC. Bukan tak mungkin Boaz Solossa dan Ismed Sofyan akan mengalami bentrokan langsung di lapangan. Laga tersebut menjadi ajang pembuktian, sejauh mana peran kapten dalam memimpin skuat muda di pertandingan krusial seperti pertandingan pembuka kompetisi yang penuh dengan tekanan.