Bola.com, Serui - Kebijakan manajemen Perseru Serui di pentas Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 Presented by IM3 Ooredoo patut diacungi jempol.
Demi menghormati tim tamu yang melawat ke Kabupaten Kepulauan Yapen, seluruh anak asuh Agus Sutiono itu harus rela mengalah dengan menempuh perjalanan lewat laut dengan moda transportasi kapal cepat yang ditempuh selama enam jam dari Serui ke Biak, atau sebaliknya. Hal itu dilakukan setiap kali mereka meninggalkan Serui dan kembali, untuk menjalani laga tandang.
"Bos Perseru, Yance Banua, memerintahkan kami seperti itu (harus lewat laut) karena penerbangan dari dan ke Serui lewat Biak sangat terbatas. Sehari ada tiga kali penerbangan dengan pesawat kecil berkapasitas 15 orang. Kami diminta mengalah dengan tim tamu," ungkap Choirul Huda, Asisten Pelatih Perseru.
Advertisement
Baca Juga
Tim tamu memang mendapat penghormatan dan prioritas bila akan bertanding dan pulang dari Serui. Pasalnya, dengan pesawat kecil itu rombongan tim tamu bisa terbagi dalam tiga kloter.
"Kasihan mereka bila harus kecapekan karena menyeberangi lautan enam jam. Kalau kami kan sudah terbiasa seperti itu. Meski capek, anak-anak sangat menikmati perjalanan itu. Biaya kami pun bisa ditekan," tutur Choirul Huda.
Sosok asal Kepanjen, Kabupaten Malang ini, terhitung sudah lima tahun lebih bersama Perseru, sejak klub ini masih berjuang di Divisi Dua hingga sekarang. Beberapa pemain yang saat ini membela Perseru di TSC, juga lama bersama Choirul Huda, terutama pemain asli Papua.
"Kapal cepat itu satu-satunya armada yang bisa memangkas waktu perjalanan kami. Kalau naik ferry bisa lebih lama lagi. Perjalanan bisa lebih lama lagi karena rombongan kadang harus menginap di Biak untuk menunggu jadwal pesawat esok harinya," jelas Choirul Huda.
Total perjalanan pergi-pulang bisa membutuhkan waktu rata-rata 8-10 jam. Durasi ini akan lebih lama bila ombak di lautan sedang tak bersahabat.
"Itu belum termasuk perjalanan darat dari Waropen ke Serui dengan bus kecil selama satu jam. Lantaran kami pakai angkutan umum, bus biasanya berhenti di terminal untuk menurunkan atau menaikkan penumpang," ucapnya.
Dengan perjuangan berat itu, para pemain harus pandai mengatur waktu istirahat selama dalam perjalanan.
"Biasanya waktu di atas kapal cepat, kami gunakan untuk tidur. Repotnya kalau pas tidak ngantuk, kami harus cari hiburan agar perjalanan tidak membosankan. Untungnya di kapal ada fasilitas karaoke, jadi kami bisa melupakan sejenak kepenatan," kata Sukasto Efendi, kiper Perseru asal Turen, Kabupaten Malang.