Sukses


    Asa Persija Bangkit Ada di Pundak Pacho Kenmogne

    Bola.com, Jakarta - Setelah menyandang status sebagai tim dengan produktivitas gol paling rendah di paruh musim pertama Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo, Persija Jakarta langsung berbenah begitu paruh musim kedua dimulai.

    Dua pemain asing, Djibril Coulibaly dan Rodrigo Tosi langsung direkrut guna menambal pos striker yang bolong setelah ditinggal Jose Guerra.

    Dari dua laga awal paruh musim kedua, baik Djibril maupun Tosi belum juga mampu mencetak gol. Malah, Ramdani Lestaluhu yang terus menunjukkan ketajamannya setelah kembali dimainkan secara reguler.

    Kurang puas dengan kinerja yang ditunjukkan, Djibril akhirnya dilepas. Tak lama berselang, slot pemain asing Persija langsung diisi kembali oleh pemain “baru tapi lama,” yakni Emmanuel Kenmogne.

    Manajemen tentunya berharap tuah penyerang asal Kamerun ini mampu mendongkrak performa dan posisi Persija di klasemen TSC, seperti yang pernah ia lakukan saat pertama kali merumput di Indonesia pada 2013 lalu.

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 3 halaman

    Petualangan Ketiga di Persija

    Pemain yang kerap disapa “Pacho” ini bergabung dengan Persija untuk yang ketiga kalinya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Pertama, Pacho masuk skuat Macan Kemayoran pada paruh musim kedua Liga Super Indonesia (LSI) 2013, di bawah asuhan Benny Dollo.

    Kondisi Persija kala itu setali tiga uang dengan yang dialami sekarang. Ismed Sofyan dkk. terseok-seok di dasar klasemen akibat performa buruk sepanjang paruh musim pertama. Setelah Pacho masuk dan menggelontorkan 14 gol dari 16 penampilan, Persija akhirnya mampu mengakhiri musim di peringkat ke-11.

    Pergerakan posisi Persija Jakarta setelah Emmanuel Kenmogne bergabung di pentas Indonesia Super League 2013. (Labbola)

    Di LSI 2014, Pacho hijrah ke Persebaya dan berhasil menjadi Top Scorer kompetisi dengan torehan 25 gol. Pada musim tersebut, langkah Persebaya terhenti di babak 8 Besar. Setelah itu, pemain yang pernah malang melintang di sejumlah tim di Eropa ini memilih untuk merumput di Malaysia bersama Kelantan FA.

    Tampil kurang memuaskan di Negeri Jiran, Pacho kemudian bergabung kembali dengan Persija untuk turnamen Piala Jenderal Sudirman. Di ajang tersebut, Pacho tampil di 7 pertandingan dan hanya mampu mencetak 3 gol.

    Tidak lama berselang, Pacho kembali berganti kostum. Di ajang Piala Bhayangkara, pemain kelahiran Bafoussam ini turun bersama Persipura Jayapura. Meski selalu tampil 90 menit di empat laga bersama tim Mutiara Hitam, Pacho gagal menyarangkan satu gol pun.

    Setelah kabarnya tidak terdengar pasca Piala Bhayangkara, Pacho akhirnya kembali muncul dan pulang lagi ke tim yang pertama kali ia bela saat merumput di Indonesia.

    3 dari 3 halaman

    Ketajaman Menurun

    Setelah hengkang dari Persebaya, Pacho mulai menunjukkan penurunan performa. Saat bermain untuk Kelantan, pemain berusia 36 tahun ini hanya mampu mencetak 1 gol dari 10 penampilannya. Ketajaman Pacho juga mulai menurun setelah memutuskan untuk kembali merumput di Indonesia.

    Namun, jika dianalisis, usia bukan faktor penyebab utama dari menurunnya ketajaman Pacho. Hal yang punya pengaruh besar bagi ketajaman Pacho adalah keberadaan rekan setim yang memiliki peran sebagai scrambler pertahanan lawan, serta keberadaan seorang playmaker yang andal.

    Saat petualangan pertamanya bersama Persija, peran tersebut dijalankan oleh Robertino Pugliara, Defri Rizki, dan Lam Hok Hei. Ketajaman Pacho meningkat pesat saat berkostum Persebaya, karena saat itu ada Greg Nwokolo dan Isaac Pupo.

    Saat kembali ke Persija di Piala Jenderal Sudirman, peran scrambler kurang mampu dijalankan dengan baik oleh Mbida Messi maupun Pandi Lestaluhu. Sementara peran playmaker yang kala itu diemban oleh Raphael Maitimo terbukti kurang maksimal karena pemain kelahiran Belanda tersebut memang sejatinya bukan pengatur serangan.

    Ketika berkostum Persipura, persiapan yang minim membuat waktu adaptasi Pacho sangat terbatas. Pelatih Persipura kala itu, Jafri Sastra, mencoba mengubah gaya permainan Persipura yang kerap bermain direct, dengan skema yang lebih pragmatis. Akibatnya, eksplosivitas Pacho gagal dimaksimalkan.

    Di Persija musim ini, peran pemain kreatif ada dalam diri Ade Jantra sedangkan peran pengalih perhatian bek lawan dimainkan, Ramdani Lestaluhu. Jika mampu menyelaraskan chemistry dengan kedua pemain tersebut, bukan tidak mungkin mesin gol Persija akan menyala kembali.

    Video Populer

    Foto Populer