Sukses


    3 Faktor Kebangkitan Persija dan Tangan Dingin Zein Alhadad

    Bola.com, Jakarta - Setelah mengalami masa-masa sulit dan bahkan sempat tidak pernah menang dalam 14 laga secara beruntun, Persija Jakarta akhirnya melepas dahaga kemenangan di pekan ke-21 Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo, setelah unggul 2-1 atas Perseru Serui.

    Pada dua laga berikutnya, Bambang Pamungkas dkk. mampu menjaga tren kemenangan setelah menaklukkan Barito Putera dan PS TNI. Kemenangan terakhir atas PS TNI yang diraih Jum’at (14/10/2016) lalu juga menjadi 3 poin pertama Persija di kandang lawan.

    Persija mulai menemukan asa untuk kembali bangkit dan menaikkan posisi mereka di klasemen sementara TSC 2016. Keputusan manajemen untuk menunjuk M. Zein Alhadad untuk menukangi tim ibukota mulai membuahkan hasil.

    Tanpa melakukan perombakan besar-besaran dalam komposisi pemain, coach Mamak lebih memilih pendekatan taktis dan strategis untuk mengembalikan performa positif Persija.

    Bagaimana “tangan dingin” eks asisten pelatih Tim Nasional Indonesia U-23 ini mampu mengasah kembali taring Persija? Berikut analisisnya:

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 4 halaman

    Kesempatan Untuk Gunawan Dwi Cahyo

    Di era PauloCamargo, pos di depan penjaga gawang Persija kerap diisi oleh duet WilliamPacheco-MamanAbdurrahman, sementara Gunawan Dwi Cahyo lebih sering menjadi cadangan untuk duet tersebut. Gunawan hanya tampil 6 kali di bawah asuhan pelatih asal Brasil tersebut, dimana 3 di antaranya berawal dari bangku cadangan.

    Semenjak Camargo mundur, pemain peraih medali perak SEA Games 2011 ini mulai mendapatkan tempat di tim utama, menggantikan posisi Maman. Baik caretaker Jan Saragih hingga Mamak, selalu memberikan kesempatan starter untuk suami Okie Agustina ini.

    Alasan di balik pemilihan Gunawan adalah kemampuan duel udaranya yang memang di atas rata-rata. Strategi ini terbukti ampuh saat Persija mendapat kesempatan melakukan set piece melalui tendangan bebas maupun sepak pojok.

    Bukti sahihnya adalah 4 gol dan 1 assist yang sudah ia torehkan, yang kesemuanya melalui situasi set piece. Bahkan, catatan gol Gunawan menempatkan dirinya sebagai top scorer tim hingga pekan ke-23 TSC.

    Angka persentase unggul duel udara Gunawan berada di angka 69%. Jika didetailkan berdasarkan zona, pemain bernomor punggung 13 ini memiliki persentase menang duel udara di kotak penalti lawan sebesar 60%.

    Angka tersebut tergolong tinggi untuk seorang pemain belakang. Jika dalam situasi set piece, Persija menempatkan Gunawan, William, dan Bambang di dalam kotak penalti lawan, tentu advantage dalam hal duel udara akan menjadi milik Persija.

    Tampaknya selebrasi gol khas sniper milik Gunawan akan kembali muncul di pekan-pekan ke depan.

    3 dari 4 halaman

    Pembuktian Kualitas Sutanto Tan

    Sebelumnya, Camargo kerap memasang Hong Soon-hak dan Amarzukih sebagai double pivot, dengan menempatkan satu attacking midfieler dalam diri Ade Jantra. Komposisi tersebut menyebabkan lini tengah Persija kurang kreativitas.

    Masalah minim kreasi di dapur serangan Persija, sebetulnya, merupakan problem akut yang belum terselesaikan semenjak ditinggal Robertino Pugliara.
    Ketika tongkat kepelatihan beralih ke Mamak, Sutanto Tan mulai diberi kesempatan untuk menjadi starter di lini tengah, mendampingi Soon-hak.

    Strategi ini tentu bertujuan untuk meningkatkan kreativitas melalui aliran bola di lini tengah. Dengan ditempatkannya Sutanto, Soon-hak bisa lebih fokus ke tugasnya sebagai breaker.

    Statistik membuktikan peran vital eks pemain Bali United dan Mitra Kukar ini. Akurasi operannya yang mencapai 86% menjadi yang tertinggi di antara pemain-pemain gelandang dan penyerang Persija. Selain itu, 51% dari total operan sukses Sutanto hingga pekan ke-23 diarahkan ke wilayah 1/3 akhir serangan, yang membuktikan bahwa Tanto memiliki mindset menyerang yang mumpuni.

    Angka tersebut juga merupakan yang tertinggi di antara pemain tengah Persija.
    Kendati demikian, menempatkan Tanto di lini tengah juga memiliki risiko. Untuk urusan bertahan, pemain yang pernah merumput di Singapura ini belum setara dengan Amarzukih.

    Jika dirata-rata angka intersep per pertandingan Tanto (1.2) masih kalah dari Juki (1.4). Selain itu, Juki juga lebih sering melakukan tekel sukses (1.7/ pertandingan) ketimbang Tanto (0.7/ pertandingan).

    4 dari 4 halaman

    Eksplosivitas Pacho-Greg dan Kembalinya Ramdani Lestaluhu

    Tidak bisa dipungkiri, kesuksesan Persija dalam memenangi tiga laga terakhirnya tidak lepas dari peran dua pemain “baru tapi lama” mereka, yakni Emmanuel “Pacho” Kenmogne dan Greg Nwokolo. Saat meroleh 9 poin dari Perseru, Barito Putera, dan PS TNI, duet ini memproduksi 3 gol dan 2 assist.

    Eksplosivitas Pacho-Greg memang tidak perlu disangsikan lagi. Mereka pernah bahu membahu membela Persebaya di ajang Liga Super Indonesia 2014, di mana kedua pemain ini menghasilkan 39 gol dan 8 assist.

    Kehadiran dua pemain ini membuat lini serang Persija semakin tajam. Di era Camargo sebelumnya, selain minim kreativitas di lini tengah, strategi permainan lini depan Persija juga tumpul dan mudah terbaca. Pergerakan Ambrizal Umanailo dan Ade Jantra kerap diantisipasi oleh lawan, sehingga Bambang Pamungkas tidak mampu berbuat banyak.

    Selain duo Pacho-Greg, coach Mamak juga memberi kesempatan lebih kepada Ramdani Lestaluhu. Pemain yang sempat ngambek karena dilupakan oleh Camargo ini langsung membuktikan kualitasnya dengan mencetak dua gol, masing-masing ke gawang Bali United dan Persipura.

    Ramdani memberi opsi lebih di lini serang Persija, jika komposisi yang dipasang sejak awal tampak mandek. Teranyar, masuknya Ramdani menggantikan Bambang di laga melawan PS TNI terbukti ampuh, sehingga Persija menang 2-1.

     

    Video Populer

    Foto Populer